Kamis, 13 Februari 2014
Selasa, 11 Februari 2014
Dear You #17
After they are all gone, both of us left.
Now I know what really is mean of you for me.
Katanya cinta itu bukan soal siapa yang pertama.
Katanya cinta itu bukan soal siapa yang paling lama bertahan.
Katanya....
source : tumblr |
Ingat gak dimana kita pertama kali ketemu? Ingat gimana rasanya waktu pertama kali kita bertukar pandang? Kita udah berapa lama sih kenal? Kita udah berapa kali sih ketemu, jalan bareng meski gak cuma berdua? Udah berapa banyak chat dari aku yang masuk ke hapemu, begitu juga sebaliknya? Selama kita ngobrol, baik langsung atau gak langsung, kita udah bahas apa aja ya?
Gak inget semuanya kan? Udah banyak banget, sulit kalo mau diinget satu per satu :")
Dulu ada dia yang jadi penghalangku untuk ngelihat siapa diri kamu dengan jelas. Ada dia yang selalu jadi objek fokusku, dia yang jadi duniaku, dia yang jadi bagian dari setiap seri cerita yang aku ceritakan, dia yang aku sebut namanya entah secara sadar atau gak. Semua-semua dalam hidupku dulu adalah tentang dia.
Padahal sejak dulu, bahkan sebelum mengenal dia, aku udah kenal kamu duluan loh.
Entahlah, terkadang segala sesuatu yang terjadi di dunia ini gak bisa aku tangkap dengan logikaku. Contohnya cinta.
Jutaan waktu yang kita habiskan bersama, canda, tawa, kesel-keselan, marahan, dan hal-hal kecil lain yang membingkai kebersamaan yang selama ini kita sebut persahabatan. Aku sudah menegaskan dari awal kalau kamu adalah sahabatku dan akan selama-lamanya begitu. Tapi memang benar, didunia ini kata selamanya tidak berlaku. Hidup bisa mati, bahagia bisa terluka, jatuh cinta bisa sakit hati. Tak terkecuali apa yang aku rasakan sekarang, sahabat jadi cinta.
Terlalu dini rasanya menyebut rasa ini cinta. Tapi aku suka saat kamu mengkhawatirkanku, aku suka saat kamu dengan tulusnya sibuk membantuku, aku suka saat kamu marah karena aku menertawai ekspresimu yang aku anggap lucu. Aku suka semua tentangmu dan aku baru menyadari itu sekarang.
Terlalu besar dirinya dalam pikiranku hingga menghalangi mataku melihat ketulusanmu.
Sekarang kita sudah terlanjut tercebur kederasnya arus persahabatan. Kita sudah terlalu nyaman saling menolong dan dimintai tolong atas dasar persahabatan. Kita juga sudah terbiasa saling mengkhawatirkan dan saling memikirkan satu sama lain karena kita bersahabat.
Tidak boleh lebih dari itu? Apa persahabatan ini akan rusak atau bahkan hancur total hanya karena secuil perasaan sukaku?
Aku mulai menghakimi dunia dari sudut pandangku. Mengira dunia tidak adil dan Tuhan tidak mendengar doaku. Mengira waktu tidak sama sekali menaruh kasihan padaku.
Bukan berarti aku tidak mencoba untuk menekan perasaan ini dalam-dalam. Mumpung belum tumbuh besar, aku berusaha sekuat tenaga untuk mengenyahkannya. Ada dua fantasi yang terbayang dalam benakku jika aku terus membiarkannya tumbuh besar nantinya.
Pertama, kamu juga menyadari bahwa ada rasa yang sama, yang lebih dari sekedar rasa sayang dan kasih sebagai sahabat, yang kemudian menyatukan kita dalam hubungan yang lebih dari sekedar sahabat.
Kedua, kamu dan aku jelas memiliki rasa yang berbeda. Kamu murni menganggapku sebagai sahabat sementara aku tidak. Dan itu justru mengacaukan semuanya.
Konsekuensi dari kedua hal itu sama, aku kehilanganmu. Kehilanganmu sebagai sosok sahabat yang selama ini selalu ada di sampingku, menyemangatiku, mengingatkanku, membuatku tersenyum. Dan membayangkan hal itu terjadi, seketika sisi egoisku muncul, menguasai diriku.
Maka aku akan tetap rela menjadi sahabatmu, meski rasa yang secuil ini tetap akan menghantui perjalanan persahabatanku, sesekali mungkin menjegal atau menghapuskan bahagiaku. Tapi biarlah... ketimbang kehilangan sebagai sosok sahabat yang sangat menyenangkan seutuhnya, aku lebih bisa menerima keragu-raguan hatiku yang sekarang. Ragu antara harus melanjutkan rasa suka ini atau menegaskan pada diriku bahwa kita memang tidak boleh lebih dari sekedar teman.
Kedengarannya gila, tapi memang beginilah adanya. Aku tidak suka berada di posisi sulit, tapi tidak ada posisi yang tidak sulit jika berbicara soal sahabat menjadi cinta.
Semoga kelak ketika kamu menemukan orang yang kamu benar-benar sukai, benar-benar kamu sayangi, benar-benar kamu cintai, disaat itu aku sudah menjadi orang yang lebih tegar, kuat, tegas. Sehingga aku bisa ikhlas membiarkanmu pergi. Melepas sahabat terbaikku untuk bahagia dengan pilihannya.
Dan semoga jika nanti ternyata kamu memiliki rasa yang sama seperti apa yang aku miliki saat ini, kamu tidak akan gegabah dan mengungkapkannya disaat aku sudah benar-benar bisa menerima kondisi kita yang tidak lebih dari sahabat.
Semoga kita berdua selalu berbahagia.
Aku sahabatmu, yang sekaligus juga menyukaimu :")
Nofita Chandra.
Inspired by someone.
Indralaya, 11 Februari 2014.
Langganan:
Postingan (Atom)