Sabtu, 28 September 2013

Cerita Anak Kos (CAK) #8

Okeeeeh *hembuskannafaspanjaaaaaang*

HAAAAAIIII!!!!

Piye kabare??? *sokngejawapadahalgakbisa*

Liburan sudah lama sekali berlalu ya, sudah mulai lupa rasanya dipeluk lampung (?) itu gimana. Yaaah, sekedar bernostalgia dan sedikit mengingat masa-masa manis di lampung kemarin, jadinya kepingin posting cerita di sini. Numpang curhat yaaaa....


Liburan di lampung kemarin pendek pake banget kalo dibandingin sama jatah liburannya Afni. Oh jelas sekali perbedaannya, tiga minggu versus tiga bulan. Gue sama Bella tiga minggu, Afni tiga bulan. Kalo Anggi... em, berapa ya? Anggi gak jelas sih kapan mulai libur, kapan mulai masuk kuliahnya. Yang jelas, let's say enough yabuat jatah liburannya, kalo ngurusin nafsu manusia pasti gak ada cukupnya.

Semester tiga ini diawali dengan perpisahan dengan Anggi. Anggi kemana? Anggi jadi keterima sbm kemarin? Oh gak kok, Anggi pindah kosan aja. Jadinya sekarang udah gak tinggal satu atap sama Anggi lagi, tapi Anggi pindah kosnya masih dideket-deket sini kok, jadi masih bisa ketemu-ketemu juga, bisa main nginep-nginepan juga.


This is a moment when I really want to become a vampire, really!!!

Aaaaakkk, Edward, change me! Just change me, bite me now!

Ini baru kuliah ya, ini baru berjuang, ini baru hidup mahasiswa. Jadwal kuliah yang nyaris tanpa jeda dengan semua materi kuliah yang bener-bener ngeberatin otak. Ini rasanya rongga kepala udah makin sempit aja, kepenuhan materi kuliah. Oh, don't stop studying, nop! Belajar dari dalam buaian hingga ke liang lahat deh pokoknya.

Rasanya jadi vampir yang gak butuh tidur itu sangat amat menyenangkan ditengah serangkaian tugas yang datang bertubi-tubi ini. Gimana gak? Kalo jadi vampir dan gak butuh tidur, gue punya 24 jam full dalam satu hari untuk menyelesaikan semua tumpukan tugas yang menggunung ini. Gak ngerasa capek, ngantuk, gak laper juga, dan yang pasti mata gak berkantung cuma gara-gara begadangan.

Tapi Edward aja rela nuker eksistensinya buat jadi manusia kok, jadi ya udah, lagi-lagi syukuri aja apa yang ada yaaaa :")


Dan... Oh ya, terima kasih banyak, Ya Allah, entah harus bersyukur, seneng, sedih, gak enak, merasa bersalah atau bagaimana, yang jelas terima kasih karena tetep ngizinin keluarga kecil layo nopi utuh semester ini. Nopi gak berharap mereka tinggal, nopi cuma berdoa yang terbaik untuk mereka. Dan in yang terjadi, mungkin ini memang yang terbaik ya? Terbaik buat mereka, terbaik buat nopi. Amin.

Selamat berjuang sampe dapet toga sarjana yaaaa, Afni, Bella, Anggi :*

Let's fight together! Together we can't lose deh :***

And thanks for make it easier, Ya Rabb. Sekarang udah cinta layo kok, udah gak ngutuk-ngutuk layo lagi. Justru layo sekarang inspiring banget, bikin suka. Kalo kata Afni, "layo sekarang udah meluk kita".

Mungkin gak butuh layo-nya yang menjadi baik, tapi lebih butuh keikhlasan diri sendiri aja buat ngejalaninnya. Mungkin memang sejak awal layo gak salah, mungkin kalo layo bisa nolak, layo juga bakal nolak cewek setengah sinting kayak gue ini tinggal ditempatnya haha. Tapi coba deh bayangin, kalo bukan layo, kalo bukan unsri, kalo bukan fkm, lo bakal jadi apa, Nof???

Apa lo bakal ngerti seberapa berartinya quality time dengan keluarga, betapa berharganya masih diizinkan milikin mereka? Apa lo bakal sadar betapa hidup itu isinya gak cuma ketawa-ketiwi dan hura-hura? Coba deh, mungkin blog ini bakal tetep berisi segala tulisan galau lo tanpa ada satu pun kalimat syukur dan terima kasih.

Mungkin memang sejak awal gue memang harus di layo, bukan karena gue pantes di sini, bukan karena ini adalah tempat yang match sama gue, bukan karena gue suka atau takdir juga, tapi lebih karena Allah yakin di tempat ini gue bisa jadi lebih baik.

A big thanks buat layo dan semua keperihannya yang mendewasakannya. It's all about time to answer the question 'why?' and now I got it!


Sayang layo, sayang bapakibukikiobivida, sayangafnibellaanggi, sayangsemuaaaah :***

Selasa, 24 September 2013

Dear You #13

HAI!!! *jumpalitandalemkamarkos*
Sudah lumayan lama gak curhat disini! Pasti dalem hatinya bertanya-tanya, "lagi gak galau ya, nop, makanya gak nge-blog?". Maaf, boleh ketawa dulu?
HAHAHA! Gak gitu lho, tapi kemarin emang lagi sibuk kuliah, sibuk nyiapin pemilu fkm, sibuk kuis, sibuk ngatur ulang perabotan di kamar, dan sibuk-sibuk yang lainnya. Jadi ya baru sekarang sempetnya, maaf yaaa blog-ku sayang *ciuminlayarlaptop*
Nah, sebelum lanjut belajar patologi dan IGD, juga ngelanjutin revisi UU, izinkan diriku posting chapter lanjutan dari 'Dear You'.
Kali ini akun twitter beruntung yang mengilhami lahirnya tulisan ini adalah akun punyanya mamas ganteng paling juara, Mas Andika Artlagadar @Artlagadar :*
Yaudah gak usah pance, enjoy!


"Kita hanya berdiam, padahal kita duduk tanpa jarak. Kamu kenapa menjadi sepi ?"

Andika Artlagadar @Artlagadar

 

Aku ingat bibir tipis yang sering menyunggingkan senyum manis yang aku sukai itu, bagaimana bibir itu membuka dan menutup sangat sering, melontarkan cemoohan, kata-kata sayang, rindu, terkadang menghardik marah padaku atau hanya tertarik seulas membentuk senyum setengah jadi yang menawan.

Dulu kamu cerewet sekali, selalu bawel soal ini dan itu mengenaiku. Jangan makan itu nanti sakit perut. Gak usah tidur malem-malem biar besok pagi gak bangun kesiangan. Tenaga jangan diforsir nanti sakit. Tugas dicicil ngerjainnya biar gak jadi beban. Dan masih banyak celotehan lain yang menghantam pendengaranku bertubi-tubi setiap harinya.

Dulu aku juga sama bawelnya denganmu, mengomentari ini dan itu dari celotehanmu. Kadang komentarku pedas dan berakhir dengan kita yang saling cemberut menatap satu sama lain. Kadang komentarku kelewat datar hingga membuatmu memilih untuk pergi sejenak dari sisiku supaya aku tau rasa. Kadang juga komentarku sama persis seperti apa yang kamu inginkan hingga membuatmu tersenyum lebar dan merasa bahagia.

Dulu kita seberisik itu. Mustahil kita bisa duduk berhadapan dalam diam. Pasti ada guyonan yang keluar dari mulut kita berdua yang kemudian disusul oleh decak tawa yang membahana, atau mungkin akan ada perdebatan kecil yang timbul dari acara yang baru saja kita tonton atau orang yang baru saja lewat dihadapan kita. Selalu ada hal yang membuat kita tidak berhasil mengunci mulut kita rapat-rapat.

Tapi sekarang situasinya berubah. Kita duduk berhadapan, tanpa ada jarak yang memisahkan. Mata kita bisa saja dengan bebas saling menatap, tapi kita memilih untuk tertunduk, menghindari mata masing-masing. Ada apa dengan kita sekarang? Kenapa kesunyian ini terasa begitu mencekam? Dimana semua canda-tawa dan komentar-komentar konyol yang dulu biasa keluar dengan mudahnya dari mulut kita?

Ada yang salah dengan aku? Ada yang salah dengan kamu? Atau ada yang salah dengan kita?

Apa karena sekarang kamu sudah tidak bisa memanggilku sayang lagi jadi kamu diam? Apa karena sekarang kamu sudah tidak berhak mengetahui keseharianku lagi karena itu kamu diam? Apa karena kita sudah tidak dalam hubungan yang sama lagi karena itu kamu diam?

Kamu masih memiliki hak yang sama untuk berceloteh seperti dulu. Kamu masih memiliki hak yang sama untuk menjadi seperiang dulu. Kamu masih memiliki hak yang sama untuk bahagia seperti yang dulu. Meski tidak lagi bersamaku... dan aku pun demikian.

Jadi, bisa kan kita menjadi baik-baik saja sekarang? Tak ada jarak yang menjadi penghalang, tak ada jurang yang jadi pemisah. Bisakah kita seribut dulu lagi ketika duduk berhadapan seperti ini, meski aku yakin apa yang kita bahas sudah tidak seperti yang kita bahas dulu? Aku menyukaimu karena celotehan panjang-lebarmu, jangan berubah, jangan berdiam diri seperti itu.

 

 

Kamis, 05 September 2013

Dear You #12

Oke, sekarang giliran akun @rskky punyanya si Riski ini yang mengilhami gue untuk menulis chapter selanjutnya dari 'dear you'. Sebenernya tulisan ini udah lama jadinya, sejak masih liburan di lampung tapi baru kepingin posting sekarang. Oke, lets check this out. Hope you enjoy it yaaa :**

Salam penuh cinta dari Nofita yang sekarang udah erat banget sama layo <3


"Kamu harus tau, disaat aku mencoba untuk mengikhlaskanmu,


Aku masih berusaha untuk tetap mendoakanmu."

Riski @rskky

Terselip namamu diujung doa yang aku panjatkan. Terselip rupamu dalam mimpi yang aku harap datang tiap malamnya. Terselip senyumku yang menyertai bahagiamu detik ini.


Disaat aku mengikhlaskanmu, aku turut mendoakan kebaikan untuk masa depanmu kelak. Apa kamu juga begitu?


Mengikhlaskanmu berarti melupakan apa yang bukan menjadi milik kita lagi , tapi melupakan bukan berarti berhenti mendoakan. Aku tidak ingin memutus tali silaturahmi diantara kita, meski berperantara doa dan bantuan Tuhan, aku tetap menjaganya tetap utuh.


Dengan mendoakan demi kebaikanmu aku berharap perjalananku menuju keikhlasanku melupakanmu itu menjadi kian mudah. Dengan begitu aku bisa tenang melihatmu bahagia, senang melihatmu sukses meski tanpa aku nantinya. Karena sungguh mencari keikhlasan untuk melupakanmu itu sulit. Hingga kini, terkadang terbesit rasa marah yang berawal dari kecewa atas perpisahan kita yang tidak aku ingini itu. Tapi, kamu toh sudah pergi jauh.


Dalam doaku aku meminta “Ya Tuhan, dimana pun ia berada sekarang, dengan siapa pun ia akan bersanding kelak, berikan kebahagiaan yang nyata untuknya. Bantu ia untuk meraih kesuksesan seperti apa yang ia impikan. Biarkan kelak aku bangga ketika mengatakan pada orang-orang ‘oh kami pernah kenal, lebih daripada itu kami sempat dekat’. Lalu bantu aku untuk bisa mengikhlaskan kebahagiaan dan kesuksesannya, bantu aku untuk kuat ketika nanti ia yang lebih dulu menang. Tapi Tuhan, biarkan aku juga mendapatkan bahagiaku sendiri tanpanya, mudahkan jalan suksesku tanpanya dan biarkan ketika kami bertemu nanti ia dapat berkata ‘oh, kami tidak sekedar kenal, tapi kami dulu dekat-pacaran’, tumbuhkan rasa bangga dalam dirinya akan kenangan kami di masa depan nanti.”


Yang terbaik untukmu dan yang terbaik untukku. Win win. Aku suka itu.


Dimana pun kamu berada sekarang, aku selalu mendoakanmu. Semoga kebaikanku mendoakanmu membuatmu sadar bahwa ada kewajiban diantara kita untuk tetap bersama dalam satu garis milik Tuhan, garis kebaikan yang disebut keikhlasan dalam mendoakan.


Semoga.... 

Semoga ada banyak orang baik yang bisa dengan ikhlas mendoakan mantannya seperti ini.  Semoga para mantan diluar sana juga sadar, sejelek dan sepahit apa pun kenangan bukan berarti harus menjadi awal kejelekan untuk mendo'akan si mantan dimasa depan.

Salam mantan :*