Rabu, 22 Mei 2013

Dear You #7


Ada rasa lain yang diam-diam menyelinap ke dalam hati gue.
Rasa apa itu?
Rasa cukup :"
Cukup untuk sapaan lo, cukup untuk haha-hihi kita.
Cukup untuk semuanya. Terima kasih :")

Dengan seketika jarak ribuan kilometer yang terbentang,
dinding pembatas yang tinggi menjulang itu hilang.

Gue masih belum tau dengan jelas konsep pengukuran berhasil atau tidaknya move on itu apa, gimana dan dimana. Tapi beberapa hari terakhir ada rasa baru yang diam-diam menyelinap masuk ke dalam hati gue. Rasa yang kali ini gak terlalu bikin gue bingung, justru bikin gue lega dan merasa lebih tenang.

Setelah sapaan singkat yang berlanjut dengan-hal yang harus banget gue akui, gue kembali berharap dan kemudian sadar itu gak guna, kita menghabiskan waktu untuk saling bertukar kabar. Haha-hihi panjang di chat antara lo dan gue mengawali sebentuk rasa baru itu. Seneng dan bahagia? Oh, jelas! Bukannya ini yang selama ini gue tunggu-tunggu ya? Tapi makin lama, makin ke sini gue makin sadar dengan rasa apa ini sebenernya. Rasa cukup, rasa bersyukur. Untuk apa? Untuk semuanya.

Gue ngerasa sangat bersyukur ternyata lo masih inget sama gue, dan gue merasa itu cukup. Gue merasa sangat bersyukur karena lo masih punya niatan untuk tahu kabar gue, gue kuliah dimana sekarang dan lain-lain, dan gue merasa itu cukup. Gue juga merasa bersyukur karena kita masih bisa senatural itu bercanda dan haha-hihi gak penting di chat, dan gue ngerasa itu cukup. Semua yang indahnya berlebihan cuma ada di film barbie sama FTV doang kan? Jadi yang begini aja udah wajib banget gue syukurin.

Rasanya kayak mimpi bisa tegur sapa sama lo lagi setelah sekian lama lo hilang dan gue memilih untuk pura-pura hilang juga. Rasanya terlalu sederhana untuk sekedar digambarin lewat satu kata 'bahagia'. Sempet sih gue ngarep lagi, berpikir kalo ada sesuatu yang terselubung dibalik semua kemustahilan yang jadi nyata ini. Tapi terus gue sadar, gue gak boleh serakah. Bukannya dari dulu yang gue cari adalah ini? Yang gue cari adalah: gue butuh dia yang inget gue, dia yang tetep memperlakukan gue dengan baik, kita yang tetep enjoy satu sama lain. Gak lebih. Dari dulu yang selalu gue harepin adalah bisa begini, bisa sesantai ini dengan status yang udah gak kayak dulu.

Ternyata cerita panjang selama beberapa tahun soal lo ini belum selesai, kalo begini terus lo masih bakal terus menjadi sumber inspirasi gue deh rasanya. Trims :"

Kamis, 16 Mei 2013

Dear You #6

Still the same pain. I thought It's all over.
But the truth is I'm still feelin' like dilemma.
Is it really over? Or I just force myself to think it's over?

Gue tau ini memang belum selesai. Tapi yang gue permasalahkan disini bukan lagi kita, tapi ini hanya sebatas rasa yang gue rasain.
Kadang kangen. Tapi gue berkilah, kangen adalah salah satu bagian dari proses move on itu sendiri. Gak masalah lah lo kangen sama dia atau kenangan antara kalian sekali pun, yang masalah adalah ketika lo kangen dan lo kembali nengok ke belakang dan tercebur lagi dalam satu penggalauan yang sama.
Gue gak gitu, gue kangen sih kadang. Tapi gue gak pernah berharap bisa ngulang waktu dan ngebenerin semuanya lagi kok. Gue percaya sama pemikiran yang entah darimana gue dapetin, kalo sebenernya ada kisah yang lebih pantes berakhir sedih ketimbang bahagia. Satu kisah dari bagian kehidupan seseorang boleh berakhir sedih, tapi keseluruhan kisah itu sendiri wajib hukumnya berakhir bahagia. Tul gak???
Ini udah kali keberapa gue ngalamin yang namanya 'kepo berujung duka'. Tapi bener, gak kepo gak sah. Konsekuensinya ya itu, galau, bete, dan terkadang sampe ganggu rutinitas juga. Tapi dengan kepo yang berujung duka, gue jadi sadar... "hey, dia memang gak akan balik.. kalian gak akan jadi baik bersama. See, dia bahagia sekarang. Itu alesan kuat buat lo juga bahagia sekarang." Sesederhana itu? Konsepnya iya, tapi praktiknya tentu aja gak gampang. Rasa nyess-nya itu lho yang gak ketahanan, yang bikin gue secara pribadi males banget kepo lagi. Tapi yang namanya setan dimana-mana, gue tetep aja sesekali curi-curi kesempatan buat kepoin lo lagi.

Dia cantik yaa, dan kelihatannya know how to treat you well. Mungkin itu yang jadi alesan kalian langgeng dan lo sayang dia.
Tapi gue masih kangen lo, masih mikirin lo, dan rasa nyeess setiap kali abis kepoin kalian itu apa maksudnya???
Gue gak ngerti deh dengan konsep move on yang sebenernya itu gimana. Gue gak tau patokan berhasil atau gaknya move on dimana. Gue rasa gue udah fine dengan fakta we're not for each other, gue fine dengan fakta you beeing happy with her, gue fine dengan fakta sometimes I'm feeling miss you. Tapi untuk rasa nyeess itu sendiri gue gak bisa bilang baik-baik aja. Gue ini udah beneran move on belum sih? Aduh, kesuksesan move on yang selama ini gue bangga-banggain dipertanyakan.

Gue butuh ukuran pasti move on yang sebenernya itu gimana, biar gue juga bisa tau sebenernya move on gue ini udah berhasil atau belum.
Somebody, just help!

Rabu, 01 Mei 2013

Dear You #5



Selasa, 30 April 2013.
Biarlah cerita ini terekspos sedemikian rupa, biar saya lega.

Kemarin kamu duduk di sini, disampingku.

Ketika kamu duduk, harum parfummu menyeruak menghantam indra penciumanku. Kamu bergumam, mengatkan perihal ini dan itu, aku hanya sanggup menjawabnya lewat senyuman. Sendi-sendi di leherku seperti sudah berkarat, aku ingin memalingkan wajah agar bisa menatapmu. Tapi kepalaku tidak bisa bergerak, leherku kaku.

Aku ingin memulai pembicaraan, ingin terus mendengar suaramu. Tapi aku tidak tahu harus berkata apa. Kita memulai pembicaraan singkat, yang menurutmu mungkin seperti tanpa arti, pembicaraan singkat yang merubah hati dan hatiku setelahnya.

Aku tersenyum, bersorak dan berteriak dalam hati, merasa bahagia setengah mati karean kami berada di sisiku saat ini.

Dan ketika waktu terus bergulir, kemudian jarak diantara kita kembali memisahkan, aku hanya sanggup menatapmu dari kejauhan. Berharap kamu membalas tatapanku, tapi juga tidak berharap begitu.

Sejenak mata kita sempat bertemu, kamu menangkap basah aku yang mencuri tatap ke arahmu. Aku gugup lalu desiran hangat yang terasa di hatiku membuatku tertunduk.


My heart can't stops beating

since you sit next to me.

You won't ever be the same again.

For me, you're will always

like what you look when you sit next to me.

Simple, right, awesome...

and I'm blind.

 

Terima kasih untuk sepenggal cerita yang terinspirasi darimu hari ini.

Nofita Chandra

29 April 2013.