Jumat, 28 November 2014

DEAR YOU #20


I FINALLY GOT 'ILHAM' so I can write chapter 20 of 'Dear You'. I hope its won't make you feel boring, ya :")

Still, I'm working on 'galau area' : D

Maafinlah kalo akhirnya rada gak bisa dimengerti, ini udah merem-melek nulisnya, ngantuk banget haha. Harus diselesaiin, soalnya sekarang mau dapetin feeling buat ngeblog susah banget, kalo dipending nanti-nanti, yang ada ini tulisan ini cuma keonggok dalam folder curhatansampah doang.

Since I'm taking rest too long from writing, I'm feeling like my writing skill decreasing. Ya gak?

HAPPY READING!!!


= = =


KANGEN

Hi

The last time I’m thinking about you is about.... I don’t know. Seem likes long enough for me took a rest to forget about the awful story –my story.

So, here I go again. Taking break from my busy schedule, bring all the issues about my final exam to the other side. Now, my one and only matter is, for uncountable times, I miss you.


= = =


“Ketika aku sudah yakin aku sudah beanr-benar melupakanmu,

lalu apa arti dari setitik rindu yang tiba-tiba datang lagi ini?”

nofitachandra


Menerima kenyataan bahwa sudah tidak ada lagi kita bukanlah hal yang mudah dan biasa untuk orang sepertiku. Aku bergantung banyak pada setiap janji yang kamu ucapkan, bergantung banyak pada setiap rencana yang kamu tuliskan. Semakin berjalannya waktu, mencintaimu tidak lagi menjadi satu-satunya hal yang aku inginkan. Aku ingin lebih dari sekedar mencinta, aku ingin kita bersama. Kebersamaan dibawah payung teduh kasih dan pelukan hangat sayang, disana aku menggantungkan banyak impian. Bersama denganmu aku ingin belajar lebih dalam lagi tentang arti mencinta. Bersama denganmu aku ingin belajar lebih dalam lagi tentang arti setia. Bersama denganmu aku ingin belajar lebih dalam lagi tentang arti bahagia.

Entah waktu, atau mungkin memang kemauanmu, yang membuat semua harapan-harapan itu tidak dapat aku wujudkan menjadi nyata. Entah ego, atau mungkin memang keputusanmu, yang memaksa kebersamaan kita berhenti dititik dimana yang pada awalnya adalah asing kembali menjadi asing lagi. Tidak ada pertemuan abadi, tapi jelas bukan akhir yang seperti ini yang menjadi titik untuk kamu dan aku.

Melupakanmu bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah untuk aku lakukan, layaknya perpisahan yang tak pernah aku harapkan. Tapi, jika keadaan memaksa, maka aku bisa apa? Selain memasang senyum palsuku dihadapan dunia, yang bisa aku lakukan hanyalah terus dan terus berusaha untuk benar-benar menerima bahwa kini tak ada lagi kita.

Detik, menit, jam, minggu, bulan dan tahun berganti. Tanpa terasa aku menua dalam keinginan untuk melupakanmu. Keinginan yang hanya sebatas keinginan, keinginan yang masih belum juga terwujudkan. Namamu menjadi titik dimana aku kembali ke garis awal, membuka kenangan, menguak luka lama yang menjadi milikku sendirian. Tapi, tahukah kamu bagian tersulitnya? Melihatmu sudah bahagia. Itu.

Dirimu adalah candu yang memaksaku tetap rindu, candu yang memaksaku tetap memikirkanmu. Sampai akhirnya waktu memenangkan jeritan hatiku. Ditolong keadaan yang dulu memaksaku untuk melupakan, sedikit demi sedikit aku melangkah, beranjak maju meninggalkan kenangan. Ternyata keadaan tidak hanya memaksa tanpa belas kasihan, ia mengirimku ke tempat dimana aku berada jauh darimu, membiarkanku menghabiskan banyak waktu tanpa sempat lagi memikirkanmu. Perlahan, langkah yang aku ambil kian jauh. Sangat jauh hingga ketika aku menoleh pun tak ada apa-apa lagi dipelupuk mata. Yang ada hanya masa dimana sekarang aku masih bernyawa.

Tapi dalam perjalanan itu, ada celah-celah kecil –kerapuhanku. Kerapuhanku karena terlalu lama larut dalam rindu, kerapuhanku karena terlalu lelah untuk kembali cerita, kerapuhanku karena terlalu pasrah menerima luka. Kerapuhan yang sewaktu-waktu kembali mengingatkanku pada dirimu. Kerapuhan yang sewaktu-waktu memenjarakanku lagi dalam setitik rasa rindu.

Tapi ketika rindu itu datang, aku merasa lebih kuat dari sebelumnya. Aku merasa lebih siap menerima serangan rindu tanpa menerima balasannya. Aku bisa tanpamu. Tapi salahkah rindu ini, ketika ia datang dan membuatku kembali memikirkanmu? Ini hanya sebatas rindu. Hanya sebatas perasaan yang tidak lagi berarti apa-apa bagiku.

Dan ketika rindu ini datang, hal yang paling ingin aku lakukan hanyalah meresapi setiap detik ketika aku kembali merindukanmu lagi. Memutar ulang percakapan kita, tersenyum mengingat momen-momen luar biasa yang pernah tercipta. Dan untuk merayakan perasaan ini, lagi-lagi aku hanya sanggup mengulas senyum, membungkus hadiah waktu tentang masa lalu.

Ini hanya rindu, tanpa ada makna ganda :”)

Minggu, 02 November 2014

HAI!!!!

Long time without any post!!! *jumpalitan*


Yeah, I'm really busy but I won't make it as an excuse for not be here. Exactly if I want to be here, I'd be here no matter what. But let me tell you how busy I am lately.. just to look really busy like what I said.


So, semester lima adalah semester tergila sepanjang memori perkuliahan yang gue jalanin. Why? Karena semester ini tugas ada dimana-mana, tugas kelompok, tugas individu, tugas presentasi. Kalo kata sebagian dari mereka tugasnya seperti kasih ibu, tak terkira sepanjang masa. Berbagai macam seminar juga bertebaran, mulai dari yang gratis sampe yang bayar, mulai dari yang pembicaranya gak gue tau sampe yang terkenal seluruh negeri, kayak dr. Rian Thamrin dan dr. Utami Roesli, Sp.A. Dosen-dosen makin sibuk, gak mau kalah sama mahasiswanya. That's mean banyak jam yang harus direlakan kosong yang ujung-ujungnya diganti dihari lain.


Everything is possible di semester lima :")


Dan cobaan kehidupan di semester lima ini gak sebates dari tugas dan keluarga besarnya, tapi juga dari kabut asap yang beberapa minggu kemarin jadi sarapan wajib mahasiswa inderalaya mau pun palembang. Kabutnya tebel banget, sumpah gak bohong.


Dan itu yang kemudian jadi alasan hadirnya musim baru di palembang dan sekitarnya, musim masker. Yup, masker bagaikan penyelamat kehidupan yang hukumnya wajib tersedia kapan pun dan dipake saat kemana pun. Sometimes didalem bis pun ada yang gak mau buka masker karena dua alesan, bisnya non-ac jadi pintu dan jendela terbuka dan debu plus asap tetep masuk, atau kedua bis ac atau non-ac gak penting yang penting kebiasaan jelek kalo tidur suka pose sok seksi dengan mulut menganga bisa tertutupi.

Alhamdulillah sekarang kabut asap itu sudah pergi jauh...


Tapi kemudian masalah lain datang. Musim hujan belum tampak rela menyambangi palembang dan sekitarnya. Alhasil kemarau berkepanjangan ini membawa dampak buruk lain buat mahasiswa dan penduduk asli juga sih. Sumur kering kerontang, meski masih ada isinya itu pun udah gak bisa lagi disedot pake pompa air, jadi harus nimba. Iya, kembali ke zaman dulu dimana tubuh manusia terasa luar biasa sehat karena pagi-sore sebelum mandi mesti pake nimba dulu. Itu belum dihitung dengan antri dan ngangkut air dari sumur ke kamar mandinya. Bersyukurlah kalian yang tinggal di kota palembang karena masih ada air PAM. Atau bersyukurlah siapa pun yang rumah atau kosannya pake sumur bor :")


Dan... may better for you to say a congratulation for me karena akhirnya Allah mendengar dan mengijabah satu dari sekian banyak doa yang selalu gue sebut dalam ucapan atau dalam hati. Perjuangan bolak-balik dua kali layo-palembang dalam satu hari dan pengorbanan liburan semester genap kemarin berbuah manis. Gak sia-sia rasanya, capek, kesel, sedih yang kemarin sempet terasa terbayar waktu nama gue ada didalam urutan nama 259 orang yang lain yang lulus jadi LO Asean University Games (AUG).

And for that reason, gue pergi untuk pembekalan di sekret AUG di unsri bukit selama tiga hari. Gak ada penyiksaan, gak ada ketidakadilan, gak ada kekecewaan... everything is fine and I got so much fun.


Temen baru, pengetahuan baru, pengalaman baru, semuanya satu demi satu mulai gue rasain. Its may be too late to begin my real life here now, but late is better that never. I'm so glad to say that I want so damn much to give up on this semester, but I won't. Getting higher the tree, getting bigger the problem. So... there's no other way except be ready.

I'm happy to facing up you, my dear problems. I hope there's more problem for make me get higher later.

And its end of my story about how busy I am. It may not busy at all for you, but trust me I'm really that lazy so this is the busiest schedule ever for less than 5 months for me.


HAVE A NICE WEEKEND!!!

LETS KILL ALL THOSE TASKS!!!

Minggu, 31 Agustus 2014

Dear You #19


Welll, ini namanya renungan pagi. Emang gue seenak jidat kalo nulis. Udah lama gak ngeblog terus tiba-tiba dateng dan ngasih renungan di minggu pagi yang lumayan cerah ini.
Sebenernya ini gak gue tulis pagi ini, tapi waktu pas libur kemarin. Gak tau deh, tiba-tiba pingin aja nulis ginian. Tulisannya... masih berbau galau lah meski gak galau maksimal. Kan namanya renungan ya, kalo yang baca ngerasa ini galau, ya berarti galau. Kalau gak, ya berarti gak.

Dan gue perlu bikin pengumuman, kalo akhirnya gue jadi addict main game lets get rich padahal kemarin sempet keluar sumpah serapah dari mulut gue karena ngelihat timeline line penuh sama update-an orang soal game ini. Maafin dedek ya, ternyata waktu itu dedek terlalu berpikiran dangkal. Jelas orang-orang pada mau update, soalnya kan dapet free diamond hahaha.

Dan mari kita mulai renungan pagi ini. Jangan lupa, ambil nafas panjang dan dalam... terus meresapi setiap kata yang ada *tsaaah. Tapi inget, jangan tidur lagi.
HAPPY SUNDAY!!!


RENUNGAN TENTANG WAKTU

"Coba kamu renungkan bagaimana ajaibnya waktu mempertemukan dan memisahkan kita.
Dulu kita tersenyum bersama, sekarang kita mencoba tersenyum diujung jalan yang berbeda."

nofitachandra @nofitachandra

Tidak ada yang pernah tahu rahasia dibalik waktu. Setiap detik memiliki rencana berbeda untuk setiap umat manusia yang hidup di dunia, termasuk juga untukku dan kamu.


Beberapa tahun yang lalu kita masih canggung untuk saling menyapa, masih malu-malu untuk berbagi tatap. Tapi seiring berjalannya waktu kita mengenal diri masing-masing, lebih dari sekedar nama dan bagaimana cara untuk menyapa. Kita menemukan cara untuk beradu tatap, bahkan tahu bagaimana caranya berbagi rasa dan menyamakan pandangan.


Beberapa waktu setelahnya kita tidak hanya saling menatap, tapi juga telah mengerti bagaimana caranya saling memahami dan menyayangi satu sama lain. Ajaibnya waktu, dalam beberapa saat saja berhasil membuat orang asing itu menjadi yang terpenting dalam dunia yang kita diami. Hebatnya waktu berhasil mengubah semua aku yang memenuhi dunia menjadi kita. Tidak ada lagi aku, juga kamu, yang ada hanya kita. Ya, kita.


Hari berganti minggu, tahun dan musim berlalu dan aku masih tetap denganmu. Kadang terasa takut meninggalkan satu waktu untuk waktu yang lain, takut meninggalkan sesuatu yang belum usai, takut kehilanganmu jauh dibelakang. Kadang merasa bersemangat menyambut datangnya detik yang baru karena sudah paham akan garansi kebahagiaan yang terus berlanjut dimasa yang akan datang.


Tapi lagi-lagi, semua tentang waktu adalah misteri. Detik ini bahagia kemudian nanti bertemu duka. Ketika duka itu sirna kemudian digantikan dengan ketakutan berikutnya. Ketika sudah pulih dari ketakutan, datang lagi pengharapan baru yang kemudian berujung kecewa. Begitulah, tidak ada habisnya.


Tidak ada pertemuan yang tidak berakhir dengan perpisahan, seperti juga tidak ada bahagia dan sedih yang tidak berjalan berdampingan. Sesekali kita terjegal masalah ini dan itu, terjatuh dan terbuang dari dunia yang mempertemukan kita dulu, tapi banyaknya waktu yang sudah kita lalui dibelakang menegarkan langkah kita, memperkuat rasa kita yang terpaut satu sama lain. Kerikil-kerikil kecil itu bukanlah masalah asalkan kita tetap bersama.


Tapi pada satu titik, ada rasa lelah yang tiba-tiba melanda. Ada kebosanan yang menikam dan menyesakkan dada. Kita yang dulu tidak lagi sama. Alasan dari senyummu dan senyumku tak lagi sama, kita sama-sama tersenyum untuk meyakinkan diri sendiri, membahagiakan hati yang terluka karena terkurung dalam satu rasa yang sama dalam waktu yang begitu lama.


Dan kemudian perpisahan yang selama ini sama-sama kita takutkan hadir didepan pelupuk mata, tidak bisa dihindari meski kita begitu tidak menginginkannya. Kecewa dan air mata menjadi teman setia untuk beberapa waktu setelahnya. Kesendirian menjadi bayang-bayang kemana pun langkah kaki pergi. Tak ada lagi kita, bahkan tidak ada lagi kamu dan aku. Yang ada kini hanya aku sendiri disini dan kamu sendiri disana.


Terpisah oleh jarak dan hubungan yang tak lagi sama membuat kita tak lagi bisa leluasa saling membagi perhatian. Mata yang biasa saling menatap itu kini saling membuang muka ketika berjumpa. Tak ada lagi sapaan hangat dan ucapan selamat tidur diakhir dunia setiap harinya. Tidak ada lagi tawa kita yang membumbung mengisi udara hampa dimalam yang dingin. Tidak ada lagi cinta.


Seketika waktu yang mengubah asing menjadi penting itu, memutar balik lagi keadaan dan menjadikan yang penting menjadi asing. Dalam sekejap hidupku dan hidupmu berubah, atau paling tidak ada secuil tempat dihati masing-masing yang menjadi hampa.


Waktu berjanji akan menyembuhkan luka yang kini mengangga, tapi entah kapan tepatnya. Waktu juga menjanjikan akan mendatangkan seseorang yang mampu membuatku lupa akan luka dan kecewa yang kini aku rasa, tapi entah siapa orangnya dan entah harus menunggu berapa lama. Waktu yang mendekatkanmu denganku, juga yang menjauhkanmu dariku.


Kini kita sama-sama memasuki labirin lain dari permainan waktu si raja misteri. Kini kita sama-sama menumbuhkan pengharapan baru, menguatkan lagi keyakinan akan waktu yang tak pernah salah. Karena waktu adalah kuasa Tuhan yang maha dahsyat, yang tidak berwujud tapi ada, yang tidak dapat direngkuh namun bisa dirasakan, yang selalu datang dan pergi tanpa ada satu pun yang bisa menebak misteri dibalik setiap detiknya.

Sabtu, 16 Agustus 2014

GIANNA'S ATTITUDE

Selamat malam!

Ada yang nagih cerita liburan. Oke, absurd total! Dan gue melewatkan tiga kelas LIA karena 'terpaksa' liburan. Terlalu banyak cerita di liburan tahun ini yang gak bisa ditulis buru-buru malem ini juga. Jadi, buat yang pingin tau banget mohon bersabar sedikit lebih lama.

Gue kasian, blog ini udah nyaris ada sarang laba-labanya karena gue tinggalin kelamaan. Gak ada update apa pun sejaaaakkk.. nah gue sampe lupa kapan terakhir kali nge-post di ini halaman blog.

Dan tanpa disengaja, mungkin karena efek hati yang semalem berbunga-bunga juga karena ditanyain kabar *ciyeeee* lahir sebuah flash fiction absurd yang gue bingung dikasih judul apa. Selalu, gue bingung soal judul. Semoga ya gak absurd-absrud banget jadi gak bikin kalian pusing dan berbi potel kepalanya (?)

Ya udah lah, selamat bermalam minggu dan jangan lupa visit terus ke blog gue yaaa, ke sini hehe^^



Sebel gak kalo pacar kamu sendiri memperlakukan kamu kayak majikannya? Terlalu sopan, terlalu nurut, terlalu jaga perasaan, terlalu ngalah... terlalu datar.


Kalo mau ngomong sama dia berasa lagi ngomong sama profesor. Ejaan kalimatnya pake EYD banget, kayak udah lulusan entah strata berapa jurusan bahasa indonesia. Terus kalo lagi ngobrol bawaannya gak nyaman, gimana mau nyaman kalo segala macem manner, entah dari negara mana aja dibawa-bawa. Gak boleh motong omongan yang lain, oke masih bisa diterima. Gak boleh angkat telepon kalo lagi ngobrol penting, parahnya semua bahasan dianggap penting. Kalau mau bersin atau batuk harus tutup hidung dan mulut, terus lap pake sapu tangan atau tissue dan jangan lupa izin atau minimal kasih kode. Emang bersin atau batuk ada alarm-nya?


Ya tapi begitu kalo pacarannya sama Gianna. Si cewek perfeksionis yang selalu gak lupa manner, tata krama, sopan santun dan saudara-saudaranya. Awalnya sih bangga banget punya pacar yang super begini attitude-nya, rasanya harga diri naik sampe ke langit karena begitu dihormati sama dia. Tapi ya lama-lama dilangit gak dijatuhin rasanya gak enak juga, terus dibuat terbang tinggi tanpa ada niat untuk menggapai dia supaya turun lagi. Ujung-ujungnya jadi gak sejajar, justru melihat dia dari atas kesannya ilfeel. Ya gitu deh....


“Gi... aku ada yang mau diomongin.”

“Oh ya, silahkan.” Gianna melipat kakinya. “Apa yang mau kita bahas, Beb?”


Kevin menghembuskan nafas panjang, belum apa-apa sudah lelah karena reaksi Gianna yang begitu.


Ini soal hubungan kita.” Ucapnya dengan nada berat.


“Ada apa dengan hubungan kita? Kita baik-baik, kan?”


Kevin mengangguk dengan enggan. “Tapi ada masalah... dikit. Ini soal kamu.”

“Aku?” kening Gianna kian mengerut.


“Gi, jujur.. aku capek sama kamu. Bukan sama kamu, tapi sama attitude kamu yang kelewat sempurna itu. Aku berasa bukan lagi pacaran, tapi lagi bimbingan skripsi sama dosen malah lebih parah dari itu. Aku pingin ada momen dimana kita bisa ngobrol haha-hihi kayak pasangan lain, gak selalu serius kayak yang kita jalanin.”

“Kita pernah kok haha-hihi.”

“Pernah. Iya, untuk momen-momen tertentu dan jarang. Itu pun aku ragu apa kamu beneran ketawa karena bahagia atau untuk ngejaga kesopanan kamu aja.”


Gianna mulai tampak tidak suka dengan obrolan ini.


“Aku gak minta kamu hilangin attitude itu, itu bagus kok. Tapi bisa kan, kita lebih relaks sedikit?”


“Misalnya... kayak begini?” tiba-tiba Gianna mengangkat gelas berisi air putih dan menyiramkan isinya ke wajah Kevin.This one... no attitude!” ucapnya dalam geraman kasar.


Kevin hanya bisa pasrah menerimanya. Yaaah, setidaknya meski hubungan ini tidak terselamatkan tapi attitude Gianna tetap terjaga aman. Setidaknya ada yang menang. Ya, Gianna dengan attitude-nya.