Kamis, 13 Februari 2014

CINTA...

"Life without loving someone is like one shoe without the other...Useless"

Sung Kang, actor. @sungkang 


Hidup ini tidak berarti tanpamu... Memangnya kamu tau apa soal hidup? Sudah berapa banyak pelajaran hidup yang kamu petik dan mendewasakanmu?

Tapi memang benar, ada kalanya hidup terasa tidak memiliki arti tanpa keberadaan orang yang kita cintai.

Dalam konteks ini, cinta ini gak melulu soal lawan jenis, kakak kelas yang namanya kamu tulis dihalaman terakhir buku tulismu, sahabat dekat yang selalu ada dan diam-diam kamu jatuh cinta sama dia, atau cowok manis yang sopan yang baru aja ngasih kamu tempat duduk di dalam bus yang sesak oleh manusia.

Bukan, kali ini cinta yang dibahas bukan cinta yang demikian. Karena cinta itu luas, agung dan indah. Karena semua yang membahagiakan lahir dari rasa cinta. Untuk itu... semua senyum dan tawa yang kamu bagi ke dunia ini adalah tidak lain karena cinta.


Pernahkah terbayang olehmu, kamu lahir dan hidup sebatang kara di dunia ini? Tanpa ada orang tua, kakak atau adik, saudara, teman dan kolega? Bagaimana kira-kira rasanya? Seperti terbuang dan dicampakkan dunia? Atau malah terasa seperti Tuhan tidak adil dan bumi tidak pernah menginginkanmu berpijak padanya? Sedahsyat itukah penggambarannya?

Lalu pernah terbayang olehmu, kamu lahir dan tumbuh besar tanpa sedikit pun merasa perlu untuk berbagi kasih sayang dan cinta dengan orang lain? Tidak perlu khawatir ketika ayahmu belum kunjung pulang ke rumah di larut malam. Tidak perlu bersedih ketika melihat ibumu kelelahan dan jatuh sakit karena repot merawatmu dan saudara-saudari yang lain. Tidak ikut kesal ketika melihat nilai ulangan adikmu yang nol besar. Atau tidak ikut prihatin melihat temanmu mengalami musibah. Apa bisa hidup bertahan seperti itu untuk waktu yang lama?


Rasanya tidak.


Bagaimana bisa kamu bertahan sebagai batu yang terus tumbuh dan bernafas, membutuhkan makan dan minum, tapi tidak berubah dan tetap sama (soal perasaan) ditengah rotasi bumi yang begitu hebatnya? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tidak ada yang membuatmu kesal dan kecewa, tidak ada rasa sedih atau bahagia. Datar saja begitu.... apa enaknya?


Tuhan menciptakan cinta itu sebagais sebuah anugerah yang suci, indah lagi bermakna. Bukan berarti jika sekarang kamu tidak merasakan cinta, maka kesucian, keindahan dan makna keberadaanmu di dunia di pertanyakan yaa.... Hanya saja, sampai kapan kamu akan terus menahan-nahan untuk tidak jatuh cinta, dalam kasus orang yang trauma karena patah hati pertanyaan berubah jadi, sampai kapan kamu menahan untuk tidak jatuh cinta lagi?

Semua tahu kalau segala sesuatunya sudah diciptakan Tuhan dalam dua ketetapan. Ada baik dan buruk. Ada cantik dan tidak cantik. Ada ganteng dan tidak ganteng. Ada hitam dan putih. Ada kaya dan miskin. Ada pertemuan dan perpisahan. Ada jatuh cinta dan ada sakit hati.

Ya sudahlah, jalani saja setiap tahapnya. Karena (katanya) seseorang yang tidak pernah merasakan sakit hati berarti tidak pernah benar-benar merasakan jatuh cinta.


Wajar saja kamu kehilangan, wajar saja kamu kecewa, wajar saja kamu bersedih, wajar saja kamu terluka. Toh kamu memang bukan malaikat. Tuhan menciptakanmu dengan kemampuan luar biasa untuk bisa merasakan itu semua, kemampuan yang tidak dimiliki malaikat di atas langit sana.

Jangan berharap dicintai jika kamu tidak pernah mulai belajar untuk mencintai orang lain. Cobalah dengan hal-hal mudah, karena lagi-lagi cinta bukan melulu soal lawan jenis. Kamu bisa mulai belajar mencintai lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menggunakan kertas daur ulang demi mensukseskan gerakan go green. Kamu bisa mulai belajar mencintai dengan menaruh perhatian lebih terhadap anggota keluargamu dengan menanyakan kabar mereka ketika duduk bersama di ruang teve di akhir pekan. Kamu juga bisa mulai belajar mencintai dirimu sendiri dengan rajin mandi dan memberikan asupan gizi yang sesuai untuk diri sendiri.


Sederhana. Karena cinta memang sederhana. Sesederhana tujuannya, yaitu bahagia.

Hanya saja kadang manusia memilih untuk berpikir ribet, menarik-ulur dan memutar-mutarkan fakta tentang cinta, sehingga membuatnya tampak sulit untuk dimengerti.

Begini, cinta adalah... ketika kamu tersenyum untuk bahagianya. Cinta adalah... ketika kamu bertepuk tangan untuk menyemangati usahanya yang menurut orang lain mustahil. Cinta adalah... ya begitulah cinta, mudah didefinisikan dengan kata-kata tapi sulit dibuktikan dengan tindakan.


Yang jelas, belajarlah untuk mencintai orang lain, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Karena dengan hidup penuh cinta... seperti yang Om ganteng di atas bilang, hidup akan terasa lebih bermakna, lebih berguna dan tidak sia-sia belaka.


Selamat mengembara menemukan cinta. Salam penuh cinta :*


Nofita Chandra.

Indralaya, 13 Februari 2014.

Selasa, 11 Februari 2014

Dear You #17

After they are all gone, both of us left.

Now I know what really is mean of you for me.


Katanya cinta itu bukan soal siapa yang pertama.

Katanya cinta itu bukan soal siapa yang paling lama bertahan.

Katanya....


source : tumblr

Ingat gak dimana kita pertama kali ketemu? Ingat gimana rasanya waktu pertama kali kita bertukar pandang? Kita udah berapa lama sih kenal? Kita udah berapa kali sih ketemu, jalan bareng meski gak cuma berdua? Udah berapa banyak chat dari aku yang masuk ke hapemu, begitu juga sebaliknya? Selama kita ngobrol, baik langsung atau gak langsung, kita udah bahas apa aja ya?

Gak inget semuanya kan? Udah banyak banget, sulit kalo mau diinget satu per satu :")


Dulu ada dia yang jadi penghalangku untuk ngelihat siapa diri kamu dengan jelas. Ada dia yang selalu jadi objek fokusku, dia yang jadi duniaku, dia yang jadi bagian dari setiap seri cerita yang aku ceritakan, dia yang aku sebut namanya entah secara sadar atau gak. Semua-semua dalam hidupku dulu adalah tentang dia.

Padahal sejak dulu, bahkan sebelum mengenal dia, aku udah kenal kamu duluan loh.

Entahlah, terkadang segala sesuatu yang terjadi di dunia ini gak bisa aku tangkap dengan logikaku. Contohnya cinta.

Jutaan waktu yang kita habiskan bersama, canda, tawa, kesel-keselan, marahan, dan hal-hal kecil lain yang membingkai kebersamaan yang selama ini kita sebut persahabatan. Aku sudah menegaskan dari awal kalau kamu adalah sahabatku dan akan selama-lamanya begitu. Tapi memang benar, didunia ini kata selamanya tidak berlaku. Hidup bisa mati, bahagia bisa terluka, jatuh cinta bisa sakit hati. Tak terkecuali apa yang aku rasakan sekarang, sahabat jadi cinta.

Terlalu dini rasanya menyebut rasa ini cinta. Tapi aku suka saat kamu mengkhawatirkanku, aku suka saat kamu dengan tulusnya sibuk membantuku, aku suka saat kamu marah karena aku menertawai ekspresimu yang aku anggap lucu. Aku suka semua tentangmu dan aku baru menyadari itu sekarang.

Terlalu besar dirinya dalam pikiranku hingga menghalangi mataku melihat ketulusanmu.


Sekarang kita sudah terlanjut tercebur kederasnya arus persahabatan. Kita sudah terlalu nyaman saling menolong dan dimintai tolong atas dasar persahabatan. Kita juga sudah terbiasa saling mengkhawatirkan dan saling memikirkan satu sama lain karena kita bersahabat.

Tidak boleh lebih dari itu? Apa persahabatan ini akan rusak atau bahkan hancur total hanya karena secuil perasaan sukaku?

Aku mulai menghakimi dunia dari sudut pandangku. Mengira dunia tidak adil dan Tuhan tidak mendengar doaku. Mengira waktu tidak sama sekali menaruh kasihan padaku.

Bukan berarti aku tidak mencoba untuk menekan perasaan ini dalam-dalam. Mumpung belum tumbuh besar, aku berusaha sekuat tenaga untuk mengenyahkannya. Ada dua fantasi yang terbayang dalam benakku jika aku terus membiarkannya tumbuh besar nantinya.

Pertama, kamu juga menyadari bahwa ada rasa yang sama, yang lebih dari sekedar rasa sayang dan kasih sebagai sahabat, yang kemudian menyatukan kita dalam hubungan yang lebih dari sekedar sahabat.

Kedua, kamu dan aku jelas memiliki rasa yang berbeda. Kamu murni menganggapku sebagai sahabat sementara aku tidak. Dan itu justru mengacaukan semuanya.

Konsekuensi dari kedua hal itu sama, aku kehilanganmu. Kehilanganmu sebagai sosok sahabat yang selama ini selalu ada di sampingku, menyemangatiku, mengingatkanku, membuatku tersenyum. Dan membayangkan hal itu terjadi, seketika sisi egoisku muncul, menguasai diriku.


Maka aku akan tetap rela menjadi sahabatmu, meski rasa yang secuil ini tetap akan menghantui perjalanan persahabatanku, sesekali mungkin menjegal atau menghapuskan bahagiaku. Tapi biarlah... ketimbang kehilangan sebagai sosok sahabat yang sangat menyenangkan seutuhnya, aku lebih bisa menerima keragu-raguan hatiku yang sekarang. Ragu antara harus melanjutkan rasa suka ini atau menegaskan pada diriku bahwa kita memang tidak boleh lebih dari sekedar teman.

Kedengarannya gila, tapi memang beginilah adanya. Aku tidak suka berada di posisi sulit, tapi tidak ada posisi yang tidak sulit jika berbicara soal sahabat menjadi cinta.

Semoga kelak ketika kamu menemukan orang yang kamu benar-benar sukai, benar-benar kamu sayangi, benar-benar kamu cintai, disaat itu aku sudah menjadi orang yang lebih tegar, kuat, tegas. Sehingga aku bisa ikhlas membiarkanmu pergi. Melepas sahabat terbaikku untuk bahagia dengan pilihannya.

Dan semoga jika nanti ternyata kamu memiliki rasa yang sama seperti apa yang aku miliki saat ini, kamu tidak akan gegabah dan mengungkapkannya disaat aku sudah benar-benar bisa menerima kondisi kita yang tidak lebih dari sahabat.


Semoga kita berdua selalu berbahagia.

Aku sahabatmu, yang sekaligus juga menyukaimu :")


Nofita Chandra.

Inspired by someone.

Indralaya, 11 Februari 2014.