Sabtu, 23 Maret 2013

Dear You #3


Aku sayang kamu.
Andai aku bisa mengatakan itu tepat dihadapanmu. Tapi tak pernah datang keberanian itu. Aku hanya bisa menikmati kesempurnaanmu dalam diam. Aku lelah berandai-andai, andai kamu tau, andai kamu mengerti, andai aku bisa mengatakannya. Tidak ada habisnya....
oka @landakgaul

Ya, itu bener, Bang. Semuanya bermain di 'what if concept', there's nothing the truth. Gue lelah bermain dengan kata andai, coba aja dan teman-temannya yang lain. Palsu. Kata andai itu cuma bikin gue senyum secara fisik, gak di dalem hati.
Tapi bang, buat lo itu adalah masalah... kan lo cowok. Tapi buat gue? Apa urusan nembak-menyatakan-bilang-jujur udah jadi urusan cewek juga di dunia yang sudah sebegitu canggihnya sekarang ini? Gue bertahan dengan pikiran cupu yang emak gue ajarin aja dah "cewek gak boleh nyosor duluan'.
Tapi sulitnya untuk bertahan dalam diam. Menahan segudang kata pujian yang mau keluar dari bibir ini setiap kali ngelihat dia 'bersinar'. Sulitnya untuk menahan gejolak waktu berpapasan dengan dia hanya sekedar untuk bilang 'hai'.  Sulit. Dan gue benci berada dalam posisi sulit.
Tapi gue suka bait yang ini....

Biarkan ku simpan indahmu dalam benakku. Kan aku bisikkan sajak indah di hati dalam setiap hadirmu. Sampai aku tidur terlelap karena lelah menjaga rasa ini. Dan memimpikan kamu lagi.

Ya, gue cuma berani bertindak dalam mimpi. Gue terlalu pengecut dan menyalahkan gender dalam permasalahan seperti ini-yang bukan kali ini aja gue alamin. Terima kasih untuk sejuta kebingungan yang hadir setiap kali gue ngelihat lo. Terima kasih untuk semua kenyataan yang menghantam telak perasaan gue, kalo gue ternyata terlalu pengecut dan karena gue pengecut gue gak punya harapan bahkan mungkin jadi gak pantas untuk lo. Gue yang salah kali ini, bukan layo-gue berhenti mempersalahkan layo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar