Oke, selamat sore! Gue lagi kesel. Pertama, karena web akademik unsri gak bisa dibuka padahal gue mau kepo hasil UAS kemarin. Kedua, perut gue tambah seksi aja gue gak tau kenapa. Dan itu menandakan gue mesti diet lebih keras. Ketiga, gue gak jadi pulang ke lampung malem ini. Ya, I just re-schedule, ngundur pulang sampe kamis besok. Keempat, tadi sore bangun dari tidur siang gue keingetan ibu dan kangeeeeeen :')
Jadilah, pingin nulis.. kebetulan pulsa modem juga baru diisiin. Tapi ya maaf lah, lagi-lagi tulisannya galau. Kayaknya saya emang udah spesialisasi galau banget deh. Ya udah, cekidot *keramas*
|
source : tumblr |
Aku terlalu gegabah mengatakan, 'aku mencintaimu'.
Aku lupa konsekuensi dari cinta itu setelahnya...
Aku mengesampingkan logika demi egoku.
Pada akhirnya, aku hanya sanggup mencintaimu lewat tumpukan rindu.
Berkeping asa yang aku tebar di langit senja hari ini. Salam beriring doa aku sertakan bersama langkahmu yang pergi menjauh dariku.
Bukan kita yang sama-sama ingin meninggalkan, tapi waktu yang belum mengizinkan kita untuk menetap dan saling membingkai kenangan dalam kehangatan cinta dan kebersamaan. Sebelum denganmu, aku hanya mengerti akan manisnya pertemuan, yang kemudian setelah lama-atau mungkin tidak, berganti menjadi pahitnya perpisahan. Tapi setelah bertemu denganmu, aku mengerti arti lain dari cinta... tidak hanya soal pengorbanan atau sekedar setia, tapi arti lain cinta yang lebih dari itu. Kerinduan.
Aku iri dengan orang-orang yang bisa bertemu denganmu setiap hari. Aku benci dengan berjuta jarak yang diciptakan takdir untuk memisahkan kita.
Kadang aku merasa lelah, kemudian ingin menyerah... tapi mengingat seulas senyuman yang akan aku jemput disaatnya nanti, aku mengurungkan niat.
Dimalam-malam dimana aku kehilangan rasa untuk sekedar memejamkan mata adalah waktu yang terberat untuk aku lewati. Sendiri, berteman sepi dalam dekapan dingin malam yang menusuk kulitku, menembus lewat pori-porinya... aku kehilangan pegangan. Kehilangan kehadiranmu yang biasanya ada didekatku.. kehilangan bayangmu yang biasanya berada dalam jarak pandangku.
Kesendirian yang tidak pernah aku harapkan.. tumpukan rindu yang tidak pernah aku inginkan, serta jarak yang seakan tidak pernah berhenti menjauhkan kita.
Putaran waktu, detik demi detiknya, menikam perasaanku, menghancurkan hatiku yang selama ini telah menjadi rapuh karena berjauhan denganmu. Merindukanmu bukanlah sesuatu yang bisa aku atasi, bukan juga sesuatu yang aku inginkan. Menjadi seseorang yang kau cintai, yang selalu kau pikirkan ketika sibuk dan lengang adalah hal yang membahagiakanku, tapi berbagi rindu dari jarak yang sangat jauh membuatku terkadang melupakan kebahagiaan itu dan justru mengutuk-ngutuk ikatan diantara kita.
Kenapa harus denganmu aku bertemu? Kenapa harus denganmu hatiku terpaut? Kenapa harus aku dicintai untuk merasakan merindu? Kenapa harus dengan merindukanmu aku baru mengerti sebagian kecil arti dari mencinta?
Aku tidak dapat menjelaskan bagaimana rasanya menghabiskan malam dalam perasaan penuh rindu tanpa tahu harus kemana melampiaskan. Aku tidak dapat menggambarkan bagaimana bentuk hati yang sudah lama tak tersentuh, ditinggalkan dan bahkan terlupakan ini. Seolah tidak ada kata yang tepat untuk aku rangkai, untuk kemudian aku kirim dan kau baca sebagai penggambaran betapa sepinya aku ketika tidak dekat denganmu.
Bermalam-malam aku habiskan dalam sambungan telepon, berbagi rindu lewat hantaran suara dalam gelombang fisika yang sama tidak bisa dijelaskannya seperti perasaanku. Ratusan detik aku lewati dalam banyak pertanyaan, 'sedang apa dia?', 'dimana ia sekarang berada?', 'apa ia memikirkanku juga?', 'apa rindunya sama seperti rinduku juga?'
Berhari-hari aku lewati menghitung detik seperti
si bodoh yang menanti pelangi dihari cerah. Menatap langit seolah ada jawaban
tentang kapan kepulanganmu disana. Memijak di tanah seolah yakin disinilah kita
bertemu dulu dan nanti, atau mungkin sekarang.
Rangkaian kata tentang segenap kerinduan yang
masih sanggup aku tuliskan, ku tulis kemudian aku kirimkan sebagai perantara
penggambaran jiwa yang sepi.
Aku memohon pada waktu untuk berputar lebih
cepat, agar aku bisa segera menemuimu. Atau... izinkan aku mengintip sejenak ke
masa depan agar aku tahu pasti dimana kerinduan ini bermuara kelak.
Jarak yang terbentang, ratusan waktu yang terbuang
hanya dalam penantian...
Tak bisa aku jelaskan bagaimana rindu ini
melemahkan sekaligus menguatkanku. Tak bisa aku deskripsikan bagaimana jelasnya
arti kata rindu yang selama ini aku rasakan.
Aku merindukanmu... lebih dari pada itu, aku
sangat merindukanmu.
Dengan sisa keyakinan yang aku miliki, aku bertahan
menunggu saat yang tepat untuk memelukmu lagi. Belum jelas kemana semua ini
bermuara nanti, bahagia atau tangis, yang pasti aku ingin menemuimu dengan
senyum tulus tanpa seberkas pun gurat perih sisa kerinduan. Karena apa? Karena
aku tidak ingin kamu tahu betapa sulitnya ini bagiku. Karena aku tidak ingin
kamu menerka-nerka bagaimana perihnya sudah selama ini aku lewati tanpamu.
Karena aku tidak ingin membuatmu khawatir ketika nanti waktu menegakkan kita
pada perpisahan lain yang bisa jadi lebih lama.
Aku merindukanmu. Karena aku mencintaimu maka aku
begitu...
Aku bertahan untukmu. Karena aku mencintaimu maka
aku begitu...
Karena aku memang begitu...