Dear You #19
"Konsekuensi dari kejujuranku adalah...
kehilanganmu sebagai seseorang yang aku suka.
Sekaligus, kehilanganmu sebagai sahabat baikku.
Dan aku benci keduanya."
Aku serahkan semuanya pada takdir Tuhan. Yang Maha Kuasa pasti tahu bagaimana sebenarnya perasaanku terhadapmu. Yang Maha Kuasa pasti mengerti, mana yang paling baik dan terbaik untukku. Mungkin aku memang diperkenalkan denganmu untuk terus dan selalu mengagumimu, atau mungkin untuk belajar bagaimana caranya mencintai dengan tulus tanpa mengharap balas meski sekedar 'terima kasih'.
Denganmu aku merasa nyaman dengan sempurna. Lebih dari pada itu, aku bahagia.
Aku tidak tahu sudah berapa banyak waktu yang kita buang dalam kebersamaan yang hangat dan harmonis ini. Sudah berapa banyak kebahagiaan yang kamu bagi denganku, berapa banyak pengorbanan yang kamu lakukan untukku... aku tidak tahu.
Jika aku mencoba menghitung satu demi satu kebaikanmu, seketika aku merasa aku jahat sekali.
Kamu biarkan nyaman itu bersarang dalam hatiku, kemudian terus menebal hingga menutupi semua bagiannya. Sampai setiap detik denganmu terasa begitu istimewa. Nyaman itu kemudian mendorongku untuk lebih dekat denganmu. Setiap detik yang kita habiskan bersama, terasa sangat luar biasa. Entah kamu juga merasakannya atau tidak, tapi kehadiranmu terasa seperti oase nan elok ditengah padang pasir tandus yang menyengsarakan jiwa.
Kamu adalah candu.
Aku tidak tau kapan tepatnya nyaman itu berubah menjadi perasaan lain yang tidak seharusnya mengotori hubungan persahabatan kita. Aku ragu untuk mengakuinya, aku takut untuk membenarkan perihal rasa itu. Tapi itu semua tidak bisa terus-menerus aku tutupi. Perlakuanmu terhadapku pun kian hari kian menjadi.
Aku merasa seperti putri, aku merasa seperti ratu. Aku seperti berada diatas awan.
Belum cukup rasanya rasa nyaman yang selama ini kamu berikan.. Kamu terus menyerangku dengan bertubi-tubi, meruntuhkan pertahanan diriku.
Aku mempertahankanmu untuk tetap menjadi sahabatku, sekaligus mematahkan omongan orang-orang tentang "tidak ada yang murni dalam persahabatan antara sepasang makhluk Tuhan". Tapi nyatanya sekian lama bersama, aku tidak bisa lagi mengelak. Ada sesuatu dilrahabatan yang membuatku tersenyum ketika duduk bersamamu. Ada sesuatu yang seharusnya tidak berada diantara kita, sesuatu selain persahabatan.
Kamu adalah orang dimana aku mengadu ketika lelah, bercerita ketika senang atau pun susah, bahkan juga terkadang menjadi tempatku melampiaskan amarah. Sudah banyak ceritaku yang kamu tau, sudah banyak sedihku yang coba kamu redakan. Kita semakin dekat, dan pertahananku pun semakin runtuh kehilangan arah.
Aku takut aku melupakan siapa aku sebenarnya dan juga lupa akan hubungan yang kita punya. Aku mencoba berdamai dengan egoku dan menekan jauh-jauh perasaan ini sebelum kian menjadi. Tapi nyatanya, perasaan tidak bisa dipaksakan. Tidak bisa dipaksakan datang dan pergi sesuka hati.
Dan sekarang aku berada diujung dilema, diantara kenyataan aku masih sangat berharap akan kehadiranmu terus disisiku tapi juga tidak ingin perasaan ini semakin besar seiring dengan berjalannya waktu.
Aku memutuskan untuk tidak mengungkapkannya, tidak padamu. Tidak saat ini. Sekuat tenaga, dengan keberanian yang masih aku punya, aku akan tetap menemuimu sebagai sahabatku. Tapi sebelumnya aku meminta maaf, kalau nantinya sesekali perasaan ini ikut campur mengendalikan egoku.
Aku hanya ingin kita tetap bersama. Dan jika dengan tetap menjadi sahabatmu adalah jalannya, aku akan berusaha untuk bisa. Karena aku tidak ingin kehilanganmu. Tidak sekarang, tidak juga dimasa yang akan datang.
Sahabat... andai aku bisa memanggilmu tulus seperti itu selayaknya hati yang mengakui. Terlambat... kamu tidak akan bisa lagi menjadi sekedar 'sahabat' untukku.
Ahhhh..... Tanyaaaaaa..... boleh guling2 gak abis baca tulisan ini...??
BalasHapusRasanya nyessssssss banget tauuuu....... :'(
Dan aku bisa ngerasain persis dengan apa yg kamu rasain..... jadiii yaaa..... yaaaa gitu deehhh..... *kemudian guling2*
Cabaaalll yaaaa mommmaaa :'(
HapusCewek kan emang gitu, pilihannya selalu sulit #senyuminaja