Kamis, 27 Maret 2014

Ayah...

Aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpanya.

Aku belum ingin tahu sekarang.

Yang sekarang aku ingin dunia tahu dan percaya adalah...

Aku amat sangat mencintainya.

Lebih dari setiap kata cinta yang aku ucapkan untuknya.

 

Bisakah kita hidup tanpa sosok seorang ayah?

Jawabannya bisa.

Bahkan jauh sekali sebelum aku lahir dan bergerilya menaklukan dunia, Nabi Isa as lahir dan tumbuh besar tanpa memiliki sosok seorang ayah.

Tapi itu pasti akan sulit. Pasti.

Kita- termasuk aku, hanyalah manusia biasa, sementara Isa as adalah seorang nabi Allah SWT.

 

Dimataku tidak ada sosok laki-laki yang lebih sempurna- jika tidak dibandingkan dengan Nabi Muhammad saw, selain sosok bapak. Atau mungkin saja belum.


Entahlah, yang jelas bapak adalah seorang laki-laki yang lengkap dengan sisi egois dan penuh gengsi, keras tapi penuh kasih, cuek tapi nyatanya sangat perduli, dan tegar tapi juga sangat rapuh. Bapak adalah sosok yang istimewa.

 

Beruntunglah kita yang masih bisa merasakan sebalnya dimarahi oleh ayah kita. Beruntung sekali.

 

Di dunia yang keras ini, sosok seorang ayah memegang peranan penting dalam setiap langkah yang akan diambil anaknya, terutama putrinya. Ayah akan menjadi orang pertama yang membela ketika putrinya terluka, menjadi orang yang paling bersedih dan tidak rela ketika melepas putrinya untuk hidup berumah tangga dengan laki-laki pilihannya. Ayah adalah sosok yang selalu mengomel di depan, marah-marah tidak karuan tapi juga adalah orang yang paling khusyuk berdoa untuk kebahagiaan putrinya di belakang.

 

Ayah akan selalu siap menjadi tameng untuk putrinya, ketika putrinya dihujani kritik dan cacian dari banyak orang. Ayah akan selalu siap menjadi alas bagi kaki putrinya, ketika putrinya meniti langkah di jalan terjal berkerikil dalam garis takdir kehidupan. Ayah akan selalu siap menjadi pondasi yang kuat yang menegarkan niat kita untuk terus maju, tumbuh dan menjadi besar. Ayah akan siap menjadi tiang penopang, ketika beratnya beban kehidupan sudah tidak bisa lagi kita atasi sendirian.

 

Ayah akan selalu ada disana... menjadi yang paling kuat dan paling bisa kita andalkan.

 

Lalu apa yang bisa kita berikan pada ayah sebagai balasan dari semua usahanya menjaga, melindungi, mengasihi, menyayangi, mencintai dan meninggikan derajat kita?

 

Doa? Cinta? Kasih sayang?

Apa itu cukup?

 

Tidak ada orang tua, baik ayah mau pun ibu, yang meminta balas jasa pada anaknya. Seorang anak hanya perlu tahu diri bagaimana membalas jasa orang tua yang sudah tidak ternilai lagi berapa harganya.

“Kebahagiaanmu sudah cukup untuk membalas semua itu, Nak.” Itu jawaban mereka.

 

Sungguh, Tuhan itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang... Ia pilihkan aku seorang ayah yang tidak ada duanya. Ia izinkan aku lahir mewarisi darahnya. Ia biarkan aku lahir, kemudian tumbuh besar sebagai putri kesayangannya.

 

Andai setiap dari kita bisa berbicara jujur, aku tidak tahu entah sepanjang apa untaian kata terima kasih dan penuh cinta yang bisa kita tuliskan untuk seorang ayah.

 

Ayah selalu berada disana... dibarisan paling depan, tersenyum untuk kemenangan dan kekalahanku. Ayah selalu berada disana... dibarisan paling depan, bangga meneriakkan namaku entah ditengah hujat atau cacian orang lain terhadapku. Ayah selalu berada disana... didasar hati setiap anaknya, putrinya.

 

:: I love you to the moon and back, Dad.

May Allah bless you always, make this life be easier, happier and greater for you.

I miss you so damn much, Dad.

May Allah keep us up, make your life longer, give me a chance to make you proud and happy.

You’re the best. You always the best. I’ll make sure it will be ever last.

Happy birth day, my father... selamat ulang tahun Bapak :*

source : tumblr

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar