Damn, ini sakit kepala terberat setelah treatment pengobatan satu minggu full pas balik ke lampung kemarin. Asli, sakit banget gak dilebay-lebayin. Sampe gak bisa buka mata dan kalo kakinya napak mau jalan gitu langsung ngenyut :")
Subhanallahu, mari dinikmati aja dulu sakitnya.
But, I don't know where I got, just so suddenly came the feeling to write something about apology. Yes, I have been say sorry for so many times today, for several person and reason. And that's inspired me to write it down into something bigger, more than just sorry. Ya, saya ahli dalam melebay-lebaykan sesuatu, tidak termasuk perasaan.
For people who get noticed, yes it is about you! People ya, not point it into specific person.
Pages 076 of 365
"Maafku bukan untuk apa-apa,
Aku hanya ingin merasa nyaman
bersamamu seperti biasanya."
Harus
aku akui kamu sungguh hebat. Dalam hitungan waktu yang singkat kamu berhasil
membuatku bercerita panjang-lebar tentang hampir seluruh isi dunia, mulai dari
isu percintaan remaja sampai bahasan politik yang lumayan memberatkan kepala. Tanpa
kamu minta, tanpa kamu memaksa, kata-kataku mengalir begitu saja. Tidakkah kamu
merasa ada yang berbeda?
Tapi
kemudian sifat manusiawiku datang, aku melakukan kesalahan yang menurutku tidak
cukup besar untuk merusak apa yang telah kita miliki, tapi nyatanya merusak apa
yang kita miliki. Aku cukup tahu diri untuk merasa bersalah dan meminta maaf
darimu. Tidak mengemis, hanya meminta maaf sebagaimana seharusnya.
Tahu
apa salah satu hal yang aku benci dari seorang manusia?
Ketika
apa yang diucapkan mulutnya tidak sesuai dengan apa yang dirasakan hatinya. Dimulut
berkata ya, tapi hati tidak demikian. Diluar terlihat tersenyum, tapi didalam
tidak demikian. Munafik? Tidak, aku masih punya cukup ruang lapang dihatiku
untuk memakluminya.
Mungkin
karena batas standar rasa maklum satu orang dengan orang yang lain berbeda,
sehingga apa yang aku pikir hanya urusan sepele ternyata tidak demikian
untukmu. Atau mungkin cara pandang kita yang berbeda, sehingga yang aku anggap
hanya hal kecil, justru adalah hal penting bagimu. Entahlah, aku hanya merasa
ada yang salah.
Ada yang
salah setelah perdebatan kecil kita. Tidak, kamu tidak mendebat siapa-siapa,
hanya aku yang berdebat dengan diriku sendiri. Ada yang tidak beres dari
kata-katamu yang terkesan dingin ketika aku ulangi lagi dalam benakku. Tidak,
kamu tidak begini. Paling tidak, sebelumnya kamu tidak begini.
Aku tidak
suka menjatuhkan kesalahan seluruhnya pada diriku sendiri, tapi aku bukan
seorang pengecut yang kehilangan suara untuk menegaskan apa yang aku rasakan. Aku
merasa bersalah dan aku sudah meminta maaf. Dan jika kamu sudah memaafkan,
kenapa sekarang semua terasa tidak sama seperti sebelumnya? Memang kertas yang
terlipat akan meninggalkan bekas, tapi bukankah kita manusia berakal dan hati
untuk menghilangkan bekasnya? Atau, paling tidak menyamarkannya.
Aku tidak
meminta apa-apa, aku hanya minta nyamanku kembali. Nyamanku untuk bebas
berbicara sampai larut malam bahkan nyaris pagi denganmu. Nyamanku saat kita
diam-diam tersenyum dan tertawa untuk sesuatu yang dunia pun kadang tidak tahu.
Nyamanku untuk berkeluh-kesah atau sekedar mengejekmu. Nyamanku yang seperti
itu bersamamu.
Meski
aku dilarang untuk menjadi egois terhadap keinginannku, tapi aku tidak bisa
untuk tidak mempersalahkanmu yang tidak cukup tegas untuk membeberkan
kejanggalan dalam perasaanmu. Seperti yang aku bilang, aku merasa bersalah dan
untuk itu aku meminta maaf. Dan jika memang maafku belum berkenan kamu terima,
maka jangan berikan senyum dan anggukan sebagai jawabannya. Jangan sok menjadi
budha dengan tidak mau memberikanku sedikit teguran keras atas kesalahan yang
aku buat. Jika aku memang pantas, aku tidak akan protes. Toh, aku pun sudah
merasa bersalah.
Sekarang
aku mengulangi maafku, bukan untuk apa-apa selain mendapatkan kembali nyaman
itu.
Sekarang
aku meminta padamu, bisakah kita benar-benar menyudahi ini dan kembali pada
titik dimana kita sama-sama merasa nyaman untuk ada untuk satu dan yang lain?
|
source: tumblr |