Selasa, 17 Maret 2015

Love Notes

Hi!

Terlalu lelah untuk menyapa dengan cara yang lebih centil dan heboh. Yah, saya kelelahan. Terhadap nyaris semuanya.

Tapi I'll force myself to write something down here, but I can't guarantee you to get the feeling. Tapi ya sudahlah, lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. Sebenernya karena hectic juga sih ngurusin segala macem urusan yang super penting jadinya nyari pelarian kesini. Soon deh, bikin tulisan yang lebih galau lagi. Nunggu baper dulu ya, biasanya kalo lagi baper tulisan bagus. Jadi kalo dibikinin rumus; level baper berbanding lurus dengan kualitas tulisan.


Ya udahlah, mau gimana? Selamat menikmati!!!





Pages 075 of 365


"Ketika meminta untuk dapat memilikimu terasa begitu mustahil,


Maka aku menggantinya dengan permintaan untuk bisa tetap bersamamu.


Selamanya. Tidak perduli sebagai apa."


 


Terkadang kita terlalu sibuk meminta tanpa sempat melihat apa yang telah kita miliki saat ini. Kadang kita terlalu egois ingin segalanya serba sempurna tanpa pernah mencoba belajar-meski hanya untuk sekali waktu, untuk bersyukur.


Akan selalu ada langit diatas langit. Akan selalu ada yang lebih baik diantara yang terbaik.


Jika demikian dan kita tetap mengedepankan ego, maka sampai kapan kita akan terus bertahan? Berlari tanpa tahu apa yang dikejar. Berjuang tanpa tahu apa yang diperjuangkan. Tanpa target, tanpa rencana.


Tapi jika yang dicari itu adalah bahagia, maka tidak bisakah kita bahagia dari hal-hal yang sederhana? Seperti masih diizinkan tetap bernafas misalnya, bukankah itu salah satu kebahagiaan yang luar biasa? Atau karena kelima panca indera kita masih berfungsi normal sebagaimana mestinya, bukankah itu membahagiakan?


Ya, aku sedang berusaha menghibur diriku sendiri. Berusaha menerima bahwa bersamamu, meski tidak dalam hubungan seperti yang aku inginkan, adalah gambaran lain kebahagiaan yang mampu dunia berikan padaku. Aku sedang mencoba bangkit, menerima kenyataan karena ternyata apa yang kita inginkan tidak terjadi persis dalam kenyataan.


Aku tidak bisa menjauh darimu, tidak bisa lagi karena semua sudah terlalu terlambat, bahkan terlalu terlambat untuk menyalahkan diri sendiri. Karena sejak awal, aku tahu akan ada kemungkinan aku jatuh pada senyuman itu, mata itu. Tapi aku tetap mau dekat denganmu tanpa merasa perlu meninggikan benteng pertahananku.


Tapi aku memang tidak berencana untuk menjauh. Tidak akan. Karena denganmu aku menemukan apa itu bahagia. Bahagia setiap kali mata kita bertemu dan bicara tanpa diketahui oleh dunia. Bahagia setiap kali kita bertukar senyum dan membiarkan rona merah muda menguasai permukaan muka. Bahagia setiap kali kita bicara dalam diam, sama-sama menyimpan do’a tanpa perlu pamer pada dunia.


Karena hanya dengan berada didekatmu aku sudah bahagia, maka tidak ada artinya kita ini apa.


Meski terkadang terasa seperti teriris bagaimana setiap tatapan mata, senyum, tawa dan bahkan sentuhan-sentuhan kecil yang terjadi belum juga mampu membawa kita menjadi milik satu dan yang lain. Tapi karena yang aku cari adalah bahagia, maka aku memilih untuk bertahan. Selama mungkin yang aku bisa.


Maka satu permintaan sederhanaku adalah meminta sebanyak mungkin waktu untuk tetap bisa bersama denganmu. Karena dengan bersamamu aku merasa lengkap dalam bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar