Minggu, 22 April 2012

Sorakling Taylor #3

-CHAPTER 3-

            Aku sudah lelah untuk mengejar Joe.
Baiklah, aku bisa mengisi hatinya meski hanya sekejap saja adalah keberuntungan tak terhingga buatku.
Jadi sekarang aku harus bangun dari mimpi itu dan kembali ke dunia nyataku, dunia yang tidak lebih dari sekedar dunia seorang gadis yang mencari cinta sejati.
Oke, aku berlebihan.
Mungkin duniaku akan sangat menyenangkan nantinya tanpa ada rasa cemas, gelisah dan tertekan yang selama ini aku rasakan.
Aku akan belajar menjadi seperti gadis lain di kampus, berkenalan, kencan, putus, menangis dan mencari yang baru.
Seperti roda yang berputar, patokan hidupku tidak hanya Joe.
            Baiklah, awal yang baik adalah membiasakan diri berpikiran positif. Be positive!
            “Tay?” panggil seseorang. “Hey....”
            Aku berhenti dan menoleh dengan enggan.
“Ya?” tanyaku tanpa melihat lagi siapa yang memanggilku barusan. “Ada apa... Joe...??”

            “Aku tidak salah memanggil namamu, kan?”
            Aku menggeleng kaku sambil berusaha untuk tetap terlihat normal.
“Ada apa?” aku merasa suara yang barusan keluar terdengar seperti robot. Mengerikan.
            “Bisakah kau meluruskan lagi rambut ikalmu? Atau memakai dress ke kampus?”
            “What?” mataku membulat. “Tapi... untuk apa?”
            “Hm...” Joe memutar bola matanya. “Aku fikir kau akan terlihat lebih cantik dan....”
            Dan setelahnya kata-katanya berhamburan bagai suara angin berisik namun menenangkan di telingaku, aku melihat mulutnya terbuka dan menutup teratur tapi aku tidak bisa mendengar suaranya. Otakku terlalu sibuk menangkap sinyal yang aku anggap sebagai keberuntunganku hari ini. Oh sial! Mengapa ia datang disaat aku sudah dalam perjalanan melupakannya.
Aku bahkan yakin sekali hari ini aku bisa menghindari apa pun yang berkaitan soal Joe.
Tapi sekarang....
            “Jadi?”
            “Oh iya....” aku terkejut. “Mungkin ide yang baik.”
            “Aku sudah tau kau akan setuju. Baiklah, next Saturday night I’ll wait you there.”
            “There?” batinku, aku menatapnya tak percaya. “Apa?”
            “Oke, I’ll see you soon.”
            Aku mengangguk dengan lemah. Bodohnya aku!
Hanya karena saran sebenarnya, bukan pujian besar seperti yang aku banggakan sekarang,
aku melewatkan petunjuk penting untuk bertemu dengan Joe sabtu malam nanti.
Bodoh! Bagaimana ini, aku tidak mungkin bertanya pada Joe bukan?
Joe akan sangat marah karena merasa aku tidak memerhatikannya.
Dan lagi pula, aku juga tidak punya nyali untuk bertanya lagi padanya.
            “Tay?” seseorang menepuk pundakku dari belakang, mengagetkanku. Lagi.
            “Abby... kau mengagetkanku!”
            “Apa kau baru saja melihat hantu? Kau tampak ketakutan....”
            “Tidak. Aku justru baru saja bertemu malaikat.”
            “Malaikat?”
            Aku menatap wajah Abigail cukup lama. “Hm, aku punya rencana. Dan kau harus membantuku! Harus.”
            “Ah, firasatku buruk.”
            “Bantu aku. Cari tahu kemana sebenarnya Joe mengajakku bertemu sabtu malam nanti?”
            “What? Joe mengajakmu berkencan?”
            “Lakukan saja... aku akan menceritakannya nanti.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar