Minggu, 12 Agustus 2012

Sparkling Taylor #7

HAI!!! Long time without blogwalking activity.
For some reasons I need to stop open this site and now I'M JUST BACK.
I'm already made this story.
Hope you all enjoy it!
SELAMAT MEMBACA ^^

CHAPTER 7

Aku berjalan lambat-lambat sambil menggenggam erat buku bersampul perak dengan angka 13 pada sampulnya itu. Dengan hati-hati aku mengawasi setiap mata anak-anak lain, siapa tahu ada yang sedang memerhatikanku atau ingin melemparkan telur busuk ke arahku. Dalam duniaku yang kacau ini hal-hal semacam itu adalah mungkin. Jadi aku tidak ingin mengambil resiko. Aku melihat kerumunan anak-anak yang berbeda di ujung sana, mereka tampak trendy dengan baju-baju model masa kini dan juga tampak sangat menggiurkan dengan rupa rupawan.
Salah satu dari mereka di sana adalah Joe. Ia tampak santai duduk bersama kakak kandungnya, Kevin, sementara Nick tidak terlihat. Aku tidak begitu memperhatikan bagian yang aku belakangi jadi aku tidak tahu ketika ada seseorang yang menarikku dengan gerakan cepat. Aku nyaris menjerit tapi ketika aku hendak membuka mulut orang itu buru-buru membalikkan tubuhku.
“Abby?” ucapku terkejut.
“Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.”
“Siapa?”
“Sini, ikuti aku.” Interupsinya.
Aku bertemu dengan seorang laki-laki tampan dengan wajah polos yang menawan. Aku mengenalnya dengan nama Nick, si bungsu dari trio Jonas bersaudara. Aku tidak pernah bertemu secara langsung dengannya tapi kali ini ia yang meminta untuk bertemu denganku. Aku sedikit deg-degan.
“Hai, aku Nick.” Sapanya ramah. “Aku meminta bantuan temanmu untuk membawamu ke sini, maaf.” Lanjutnya lagi.
“Tidak apa-apa.” Ucapku dengan nada kacau. “Ada apa mencariku?”
“Kau pacar kakakku, kan?” tanyanya dengan sumringah. “Kemarin dia baru saja memaksaku mati-matian untuk membuatkan lagu cinta yang indah. Aku tanya untuk siapa, dia bilang untuk seorang gadis tapi dia tidak menyebutkan nama bahkan inisial. Jadi aku mencari tahu....”
“Dan kau menemukanku.” Potongku. “Jadi...?”
“Maksudku, jangan terlalu terpesona dengan Joe. Dia gampang berubah pikiran, dan dia tidak pernah benar-benar bekerja keras. Memintaku membuatkan lagu romantis untuk pacarnya sendiri bukanlah hal yang baik, ku rasa. Tapi by the way, lupakan saja. Aku tahu kalian saling menyayangi. Tetaplah bersama.”
“Sungguh aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya.” Bisikku dalam hati. “Tadi dia memintaku untuk tidak mempercayai Joe sepenuhnya, sekarang dia memuji hubungan kami dan kakaknya sendiri. Aneh.” aku tersenyum kaku. “Baiklah.” Jawabku akhirnya. “Terima kasih.” Aku menambahi lagi. Dan aku ingat aku belum memperkenalkan diri.
“Oh iya, aku Taylor.”
"Aku tahu."
= = =
“Apa kau melihat mata Joe yang berbinar itu tadi?” tanyaku antusias. “Dia senang karena aku masih menyimpan sekecil apa pun kenangan diantara kami berdua dulu.”
Aku baru saja menunjukkan sebagian kecil sisa-sisa kenangan diantara kami dulu yang aku abadikan dalam buku diary-ku. Hanya sebagian karena lebih banyak halaman yang menjadi milikku sendiri dan tidak dapat dipublikasikan bahkan pada Joe. Tapi tampaknya Joe puas melihatnya tadi.
“Aku berpikir tentang matanya yang indah dan menawan tadi... berbinar bagaikan bintang paling terang di langit malam yang cerah. Aku sedang berpikir untuk menjadikan itu sebagai inspirasi untuk sebuah lagu.”
“Ayolah, Taylor! Bisakah kau buatkan satu lagu tentangku? Lagu-lagumu terus tentang Joe dan itu membuatku mual. Kau terlalu berlebihan. Bahkan dia meminta bantuan adiknya untuk membuatkan lagu untukmu.”
“Setidaknya dia berani menyumbangkan suaranya untukku. Hanya untukku. Kau yang bilang cinta itu buta, kan?” godaku sambil tertawa bahagia.


You're here
Your eyes are looking into mine
So baby make me fly
My heart has never felt this way before
I'm looking through your
I'm looking through your eyes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar