Senin, 01 Juni 2015

Dear You #22



Hallo! Selamat hari Senin! Minggu kedua PBL nih, alhamdulillah udah makin terbiasa, sedikit demi sedikit kerjaan kelompok juga bisa diselesaikan. Fiuh, lelah itu biasa. Tapi ingetlah, pengabdian gak boleh berhenti gitu aja hehe.


Baru nemu waktu yang pas buat ngeblog, baru nemu feeling yang tepat untuk memposting tulisan ini. Tepatnya baru dapet pinjeman laptop sama kebagian tathering haha.

Gue lupa kapan tepatnya nulis ini, tapi kayaknya ini pas lagi down deh gegara abis dibuat kecewa sama seseorang atau gegara kecewa sama diri sendiri. Entahlah, dedek kan baperan jadi ya gitu risiko untuk kecewa dan sakit hatinya lebih tinggi dari manusia normal lain hehe.

Sekarang punya keluarga baru, deket sama temen-temen yang dulu gak pernah kepikiran bakal deket begini. Seneng luar biasa. Terima kasih!

Yaudah deh, diposting aja daripada kelamaan yaaa. Have the tons of luck for this week mwaaah :*


= = =

Teruntuk orang-orang yang kecewa, entah karena orang lain atau karena dirinya sendiri.Ambil beberapa jenak waktu untuk mengungkapkannya,kemudian lupakan semua.Agar kecewa itu tidak tertumpuk dan menghancurkan angan yang kalian coba wujudkan.nofitachandra





Beri aku waktu beberapa jenak untuk berdamai dengan rasa kecewaku yang sudah kelewat membludak. Mungkin terkesan gampangan sekali, tanpa motif yang kuat aku mengambil beberapa langkah mundur darimu. Tapi ini bukan soal gampang atau tidak, tapi ini soal hati yang sudah lelah dan kelewat tidak tahan untuk pasrah saja menerima semua yang terjadi diantara kita.Seolah kamu tidak pernah benar-benar berusaha memelukku. Seperti kamu hanya setengah hati berusaha pada ‘kita’ yang sedang kamu dan aku coba ciptakan.


Bukan cinta yang setengah-setengah yang aku mau, bukan sekedar tertawa bersama dan saling memuja disetiap harinya, tapi juga rasa saling percaya dan melindungi satu sama lainnya. Untuk urusan nyaman, kamu memang juaranya. Belum pernah aku merasa senyaman ini untuk menghabiskan waktu berjam-jam dalam diam atau obrolan sekedarnya. Tapi lebih dari sekedar rasa nyaman, aku ingin ada usaha dari kedua belah pihak.


Jika memang yang kita impikan adalah sebuah kastil atau istana, maka tidak hanya dibutuhkan bahan dan alat untuk membuatnya. Tapi juga tenaga dari kamu dan aku sebagai pekerja untuk membangun, mengubah alat dan bahan itu menjadi wujud nyata sebuah istana. Bukan sekedar istana dalam angan belaka.


Karena yang dibutuhkan aku, dan semua wanita diluar sana adalah wujud nyata bukan sekedar ucapan dalam rangkaian kata-kata. Karena tindakan lebih berarti banyak ketimbang bualan.


Dan karena itu aku memaksamu untuk lebih keras berusaha, lebih kencang berlari, dan lebih kuat bertahan. Bukan untuk mengujimu lebih jauh. Tidak, ini bukan ujian. Ini adalah pembelajaran, tidak hanya teruntuk dirimu tapi juga untuk diriku sendiri. Pembelajaran dimana setiap harinya kamu dan aku bisa lebih mengenal satu sama lain, menenangkan yang resah, memadamkan api dalam dada yang sedang marah, mengurai penjelasan dari pertanyaan kusut dalam benak dan penggagas terciptanya sebuah senyuman yang menghiasi wajah.


Ya. Karena aku tidak hanya ingin bersama ketika senang tapi juga ketika susah. Karena aku tidak hanya terlihat bahagia tapi benar-benar mendapatkannya lewat usaha. Karena aku ingin menikmati setiap proses yang mendewasakan aku dan kamu ketika kelak telah menjadi kita. Karena aku ingin bisa menjadi anak-anak untuk kemudian merasa dewasa sekaligus merasa dewasa untuk memuaskan jiwa anak-anak yang masih tersisa.

Karena itu aku ingin melihat usaha yang lebih, merasakan pembuktian yang nyata.


Karena itu, aku mohon jangan dulu lelah mencoba. Tetaplah berusaha karena aku pun akan ikut berusaha. Aku mohon jangan dulu lelah dan tetap mencoba. Karena meski aku mengatakan aku sekarang kecewa, tapi kamu juga harus tahu bahwa kamu sudah menang satu angka dalam urusan membuatku merasa nyaman. Dan itu akan menjadi alasanku untuk kembali mencoba bertahan meski berkali-kali patah semangat nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar