Dear You #22
Hallo! Selamat hari Senin! Minggu kedua PBL nih, alhamdulillah udah makin terbiasa, sedikit demi sedikit kerjaan kelompok juga bisa diselesaikan. Fiuh, lelah itu biasa. Tapi ingetlah, pengabdian gak boleh berhenti gitu aja hehe.
Baru nemu waktu yang pas buat ngeblog, baru nemu feeling yang tepat untuk memposting tulisan ini. Tepatnya baru dapet pinjeman laptop sama kebagian tathering haha.
Gue lupa kapan tepatnya nulis ini, tapi kayaknya ini pas lagi down deh gegara abis dibuat kecewa sama seseorang atau gegara kecewa sama diri sendiri. Entahlah, dedek kan baperan jadi ya gitu risiko untuk kecewa dan sakit hatinya lebih tinggi dari manusia normal lain hehe.
Sekarang punya keluarga baru, deket sama temen-temen yang dulu gak pernah kepikiran bakal deket begini. Seneng luar biasa. Terima kasih!
Yaudah deh, diposting aja daripada kelamaan yaaa. Have the tons of luck for this week mwaaah :*
= = =
Teruntuk orang-orang yang kecewa, entah karena orang lain atau karena dirinya sendiri.Ambil beberapa jenak waktu untuk mengungkapkannya,kemudian lupakan semua.Agar kecewa itu tidak tertumpuk dan menghancurkan angan yang kalian coba wujudkan.nofitachandra
Beri aku waktu beberapa jenak untuk berdamai dengan
rasa kecewaku yang sudah kelewat membludak. Mungkin terkesan gampangan sekali,
tanpa motif yang kuat aku mengambil beberapa langkah mundur darimu. Tapi ini
bukan soal gampang atau tidak, tapi ini soal hati yang sudah lelah dan kelewat
tidak tahan untuk pasrah saja menerima semua yang terjadi diantara kita.Seolah kamu tidak pernah benar-benar berusaha
memelukku. Seperti kamu hanya setengah hati berusaha pada ‘kita’ yang sedang
kamu dan aku coba ciptakan.
Bukan cinta yang setengah-setengah yang aku mau, bukan
sekedar tertawa bersama dan saling memuja disetiap harinya, tapi juga rasa
saling percaya dan melindungi satu sama lainnya. Untuk urusan nyaman, kamu
memang juaranya. Belum pernah aku merasa senyaman ini untuk menghabiskan waktu
berjam-jam dalam diam atau obrolan sekedarnya. Tapi lebih dari sekedar rasa
nyaman, aku ingin ada usaha dari kedua belah pihak.
Jika memang yang kita impikan adalah sebuah kastil
atau istana, maka tidak hanya dibutuhkan bahan dan alat untuk membuatnya. Tapi
juga tenaga dari kamu dan aku sebagai pekerja untuk membangun, mengubah alat
dan bahan itu menjadi wujud nyata sebuah istana. Bukan sekedar istana dalam
angan belaka.
Karena yang dibutuhkan aku, dan semua wanita diluar
sana adalah wujud nyata bukan sekedar ucapan dalam rangkaian kata-kata. Karena tindakan
lebih berarti banyak ketimbang bualan.
Dan karena itu aku memaksamu untuk lebih keras
berusaha, lebih kencang berlari, dan lebih kuat bertahan. Bukan untuk mengujimu
lebih jauh. Tidak, ini bukan ujian. Ini adalah pembelajaran, tidak hanya
teruntuk dirimu tapi juga untuk diriku sendiri. Pembelajaran dimana setiap
harinya kamu dan aku bisa lebih mengenal satu sama lain, menenangkan yang
resah, memadamkan api dalam dada yang sedang marah, mengurai penjelasan dari
pertanyaan kusut dalam benak dan penggagas terciptanya sebuah senyuman yang
menghiasi wajah.
Ya. Karena aku tidak hanya ingin bersama ketika senang
tapi juga ketika susah. Karena aku tidak hanya terlihat bahagia tapi benar-benar
mendapatkannya lewat usaha. Karena aku ingin menikmati setiap proses yang
mendewasakan aku dan kamu ketika kelak telah menjadi kita. Karena aku ingin
bisa menjadi anak-anak untuk kemudian merasa dewasa sekaligus merasa dewasa
untuk memuaskan jiwa anak-anak yang masih tersisa.
Karena itu aku ingin melihat usaha yang lebih,
merasakan pembuktian yang nyata.
Karena itu, aku mohon jangan dulu lelah mencoba.
Tetaplah berusaha karena aku pun akan ikut berusaha. Aku mohon jangan dulu
lelah dan tetap mencoba. Karena meski aku mengatakan aku sekarang kecewa, tapi
kamu juga harus tahu bahwa kamu sudah menang satu angka dalam urusan membuatku
merasa nyaman. Dan itu akan menjadi alasanku untuk kembali mencoba bertahan
meski berkali-kali patah semangat nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar