Selasa, 27 Oktober 2015
Dear You #25
“Ketika kata tertinggal tanpa
sempat terucap,
Atau rasa yang dimatikan dengan sengaja begitu saja.
Percayalah suatu saat akan datang waktu dimana
keduanya kembali dalam satu kesempatan yang sama untuk membuatmu terluka.”
nofitachandra
Kita pernah sekali mengeja tiap waktu yang kita habiskan bersama, berharap akan jawaban dari apa yang sebenarnya dituntut oleh hati. Pengakuan? Atau sekedar kebersamaan sudah cukup untuk membayar setiap keraguan-raguan?
Mungkin bukan keinginan kedua dari kita yang salah, ketika kita berdiri berseberangan menginginkan sesuatu yang berlainan. Mungkin ini hanyalah keserakahanku atau keegoisanmu yang memisahkan harmoni yang selama ini kita banggakan. Atau memang sudah tiba saatnya untuk kita berdiri dan kemudian saling pergi meninggalkan.
Tidak terasa sakit, atau mungkin belum. Hanya terkadang sesekali ku dapati diriku menyesal, duduk tersudut sendirian dengan kepala yang dipenuhi banyak pikiran. Pikiran-pikiran tentang konsep ‘bagaimana jika’, bagaimana jika diantara kita tidak terjadi perpecahan? Bagaimana jika diantara kamu dan aku telah cukup dewasa untuk bisa saling berkorban merelakan demi apa yang dikatakan orang tentang kebersamaan? Bagaimana jika sejak awal kita cukup tegas untuk tidak pernah lebih meminta atau bertahan dari apa yang pantas kita dapatkan?
Tapi aku tidak pergi tiba-tiba tanpa kata, tidak meninggalkanmu tanpa sebelumnya memberitahu. Bukan ingin menyalahkan, hanya cukup kamu untuk tahu bahwa keputusanmu untuk tiba-tiba menyudahi apa yang belum sempat kita mulai, menyentakku. Untunglah masa lalu mengajariku banyak tentang bagaimana bersiap untuk kemungkinan terburuk sehingga aku tidak terlalu dalam terhempas.
Tapi sudahlah, waktu yang berlalu sudah menempatkan kita jauh dari titik dimana kita bersama sebelumnya. Tidak ada lagi yang mampu diperbaiki karena nyatanya memang tidak ada yang rusak. Dan juga, tidak ada yang perlu dipersalahkan karena ini bukanlah kasus diatas meja pengadilan. Hanya saja, aku masih menunggu waktu dimana aku melihatmu menyadari semuanya. Sadar atas kesempatan yang terbuang tanpa sempat dipertimbangkan atau kemungkinan-kemungkinan yang sengaja tidak diwujudkan.
Waktu berjalan maju tanpa pernah menunggu. Dan, berdasarkan cerita bahwa penyesalan hanya akan ditemui diakhir waktu. Jadi, mari kita tunggu akhir waktu itu dan melihat penyesalankah yang telah menanti kita disana? Ataukah rasa syukur yang melegakan yang akan menyambut kita nantinya?
Jumat, 02 Oktober 2015
Love Notes
“We’ve been here through all ups and downs, but we are still nothing.
We don’t need to be a couple, as long as we are happy when we’re together.
Then... we just need to be together.”
nofitachandra
Hidup membawa langkah kita ke suatu tempat, mempertemukan kita dengan seseorang, mengenalkan kita pada sebuah perasaan. Ada yang berlanjut menjadi sebuah hubungan, ada yang bertahan hanya sampai tahap perasaan. Banyak yang mempermasalahkan tentang hubungan, mempertanyakan apa dan bagaimana tanpa pernah perduli dengan apa yang masing-masing dari mereka rasakan. Padahal, apa yang penting dari jarak antara seseorang dengan yang lainnya adalah perasaannya. Apa kebersamaan itu memberikan perasaan bahagia? Atau malah lebih banyak kecewa?
Tapi orang-orang menjadi makin pandai menyembunyikan luka dibalik senyuman. Tampil lebih tegar dalam sebuah hubungan yang rusak, yang hanya memberikan rasa sakit untuk sebelah atau mungkin kedua belah pihak.
Kita sempat sama-sama menghilang, seolah lelah dengan keadaan yang tak kunjung membaik. Tapi kita selalu menemukan jalan untuk kembali pulang. Bukan kembali ke dalam lingkaran hubungan yang membosankan, tapi pada perangkap perasaan yang membahagiakan. Tidak ada yang lebih indah daripada menghabiskan waktu untuk tertawa bersama tanpa beban. Tidak ada yang lebih manis daripada kebersamaan tanpa ada syarat dan ikatan.
Bebas. Sebebas untuk pergi dan kembali, seringan untuk terluka dan tertawa.
Tapi kita memilih untuk bertahan dalam keadaan yang demikian. Menikmati detik ketika salah satu menghilang, juga mensyukuri setiap kesempatan ketika keduanya sama-sama kembali. Mungkin ini apa yang dikatakan sebagai pertemuan untuk tidak disatukan. Tapi siapa yang mampu membantah kebahagiaan ini? Siapa yang berani berkata tidak untuk kebersamaan kita yang begitu manis?
Hanya terkadang, satu atau kedua belah pihak terjatuh dalam ego untuk lebih lama bertahan, lebih lama berpegangan, mengulur waktu untuk saling melepaskan. Meski dari pengulangan-pengulangan yang telah terlewatkan, kita sama-sama tahu bahwa nantinya kita akan kembali bertemu, tapi ego tetap saja ego. Rasa untuk lebih lama bersama, bayangan untuk tetap bisa tertawa lebih lama, perasan untuk terperangkap dalam kesempatan berdua lebih dari seharusnya.
Tapi satu dan yang lain harus mengerti, bahwa tertawa berlebihan akan menyesakkan, bertahan lebih lama akan menyakitkan. Akan lebih baik untuk datang dan menghilang, bersama dan berpisah. Dengan ketidakabadian yang demikian, kebersamaan ini akan lebih lama. Karena nyatanya yang paling pasti didunia ini adalah ketidakpastian, satu-satunya yang abadi didunia ini adalah ketidakabadian. Semoga demikian...
Love!
Langganan:
Postingan (Atom)