Dear You #25
“Ketika kata tertinggal tanpa
sempat terucap,
Atau rasa yang dimatikan dengan sengaja begitu saja.
Percayalah suatu saat akan datang waktu dimana
keduanya kembali dalam satu kesempatan yang sama untuk membuatmu terluka.”
Kita
pernah sekali mengeja tiap waktu yang kita habiskan bersama, berharap akan
jawaban dari apa yang sebenarnya dituntut oleh hati. Pengakuan? Atau sekedar
kebersamaan sudah cukup untuk membayar setiap keraguan-raguan?
Mungkin
bukan keinginan kedua dari kita yang salah, ketika kita berdiri berseberangan
menginginkan sesuatu yang berlainan. Mungkin ini hanyalah keserakahanku atau
keegoisanmu yang memisahkan harmoni yang selama ini kita banggakan. Atau memang
sudah tiba saatnya untuk kita berdiri dan kemudian saling pergi meninggalkan.
Tidak
terasa sakit, atau mungkin belum. Hanya terkadang sesekali ku dapati diriku
menyesal, duduk tersudut sendirian dengan kepala yang dipenuhi banyak pikiran.
Pikiran-pikiran tentang konsep ‘bagaimana jika’, bagaimana jika diantara kita
tidak terjadi perpecahan? Bagaimana jika diantara kamu dan aku telah cukup
dewasa untuk bisa saling berkorban merelakan demi apa yang dikatakan orang
tentang kebersamaan? Bagaimana jika sejak awal kita cukup tegas untuk tidak
pernah lebih meminta atau bertahan dari apa yang pantas kita dapatkan?
Tapi
aku tidak pergi tiba-tiba tanpa kata, tidak meninggalkanmu tanpa sebelumnya
memberitahu. Bukan ingin menyalahkan, hanya cukup kamu untuk tahu bahwa
keputusanmu untuk tiba-tiba menyudahi apa yang belum sempat kita mulai, menyentakku.
Untunglah masa lalu mengajariku banyak tentang bagaimana bersiap untuk
kemungkinan terburuk sehingga aku tidak terlalu dalam terhempas.
Tapi
sudahlah, waktu yang berlalu sudah menempatkan kita jauh dari titik dimana kita
bersama sebelumnya. Tidak ada lagi yang mampu diperbaiki karena nyatanya memang
tidak ada yang rusak. Dan juga, tidak ada yang perlu dipersalahkan karena ini
bukanlah kasus diatas meja pengadilan. Hanya saja, aku masih menunggu waktu
dimana aku melihatmu menyadari semuanya. Sadar atas kesempatan yang terbuang
tanpa sempat dipertimbangkan atau kemungkinan-kemungkinan yang sengaja tidak
diwujudkan.
Waktu
berjalan maju tanpa pernah menunggu. Dan, berdasarkan cerita bahwa penyesalan
hanya akan ditemui diakhir waktu. Jadi, mari kita tunggu akhir waktu itu dan
melihat penyesalankah yang telah menanti kita disana? Ataukah rasa syukur yang
melegakan yang akan menyambut kita nantinya?
aiissshhhhh..... galaw betzz daaahhh.... :'(
BalasHapus