Minggu, 19 Februari 2017

Dear You #30



Malam yang semakin larut dan sepasang mata sayu yang hampir menyerah. Dilanjutkan dengan sepenggal kisah usang tentang hati yang belum ingin kalah. Dua pasang kaki yang kokoh menjejak, dan sebuah peluk dari dua pasang lengan yang terjalin. Mimpi untuk berpadu dengan kedua; malam dan dirimu. Jemari tempat harapku berkait, percaya tempat yakinku dirakit.

 


Matamu adalah rumah bagi segala rindu, sementara sapamu adalah semilir angin yang menerbangkan anak rambutku. Aku ingin mendekap keluh kesahmu, menangkap bulir air mata yang jatuh tak tertahan keluar dari dua kelopak matamu. Biarkan rinduku terukir sebagai galaksi lain bintang malam diatas langit. Izinkan saja harapku tumbuh besar dibawah kuasa kasihmu. Aku tidak akan meninggalkanmu, tidak berhenti barang sedetik untuk mengertikanmu. Tidak saat ini, tidak saat matahari terbenam esok.

 


Lampu-lampu jalanan seperti kunang-kunang yang berterbangan, menari-nari diatas langit bak pelita dalam gelapnya malam. Suara bising dari mesin motor dan pedal gas yang kau kendalikan, paduan antara kecepatan dan keragu-raguanku untuk mendekapmu sekali untuk sekarang. Ada apa dengan malam, mengapa dinginnya mematikan? Ada apa denganmu, Tuan, mengapa tatapmu melemahkan?

 


Tak ada pelangi tanpa hujan, tak ada hidup jika tanpa tujuan.

 


Senyummu menorehkan cerita lain dalam hidupku, membenamkanku dalam buaian sejuta mimpi. Dirimu, Tuan, adalah ujung dari mimpi yang ku rajut semalam. Mimpimu, Tuan, adalah pusat harap dimana ku putuskan menetap. Jangan pergi, Tuan, jangan menghilang. Meski ku tau kau adalah sebenar-benarnya petualang, tapi sesekali lelah lah dan kembali pulang. Tidak untuk mengeluh hanya untuk berada dalam jarak untukku rengkuh.



Aku bisa tanpamu, Tuan. Tapi cintaku tak bisa begitu saja kau buang dan matikan. Aku bisa tanpamu, Tuan. Tapi rinduku harus bisa kau selamatkan. Jangan dulu berakhir, Tuan, karena tanpamu kisah ini akan mati dan terlupakan. Jangan dulu menyerah, Tuan, karena tanpamu tungku api harapanku kekurangan baranya. Beri kesempatan, Tuan, biarkan kita mencoba.. karena siapa yang tahu bahwa luka pada hatimu akulah penawarnya. Tolong indahkan, Tuan, mari kita eja bersama.. karena siapa yang tahu aku adalah satu yang berhasil dari sekian banyak yang gagal.

 

 

Palembang, 19 Februari 2016
2.20 AM 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar