Dear You #30
Malam yang semakin larut dan
sepasang mata sayu yang hampir menyerah. Dilanjutkan dengan sepenggal kisah usang
tentang hati yang belum ingin kalah. Dua pasang kaki yang kokoh menjejak, dan
sebuah peluk dari dua pasang lengan yang terjalin. Mimpi untuk berpadu dengan
kedua; malam dan dirimu. Jemari tempat harapku berkait, percaya tempat yakinku
dirakit.
Matamu adalah rumah bagi segala
rindu, sementara sapamu adalah semilir angin yang menerbangkan anak rambutku. Aku
ingin mendekap keluh kesahmu, menangkap bulir air mata yang jatuh tak tertahan
keluar dari dua kelopak matamu. Biarkan rinduku terukir sebagai galaksi lain
bintang malam diatas langit. Izinkan saja harapku tumbuh besar dibawah kuasa
kasihmu. Aku tidak akan meninggalkanmu, tidak berhenti barang sedetik untuk
mengertikanmu. Tidak saat ini, tidak saat matahari terbenam esok.
Lampu-lampu jalanan seperti
kunang-kunang yang berterbangan, menari-nari diatas langit bak pelita dalam
gelapnya malam. Suara bising dari mesin motor dan pedal gas yang kau kendalikan,
paduan antara kecepatan dan keragu-raguanku untuk mendekapmu sekali untuk
sekarang. Ada apa dengan malam, mengapa dinginnya mematikan? Ada apa denganmu,
Tuan, mengapa tatapmu melemahkan?
Tak ada pelangi tanpa hujan, tak
ada hidup jika tanpa tujuan.
Senyummu menorehkan cerita lain
dalam hidupku, membenamkanku dalam buaian sejuta mimpi. Dirimu, Tuan, adalah
ujung dari mimpi yang ku rajut semalam. Mimpimu, Tuan, adalah pusat harap
dimana ku putuskan menetap. Jangan pergi, Tuan, jangan menghilang. Meski ku tau
kau adalah sebenar-benarnya petualang, tapi sesekali lelah lah dan kembali
pulang. Tidak untuk mengeluh hanya untuk berada dalam jarak untukku rengkuh.
Aku bisa tanpamu, Tuan. Tapi cintaku
tak bisa begitu saja kau buang dan matikan. Aku bisa tanpamu, Tuan. Tapi rinduku
harus bisa kau selamatkan. Jangan dulu berakhir, Tuan, karena tanpamu kisah ini
akan mati dan terlupakan. Jangan dulu menyerah, Tuan, karena tanpamu tungku api
harapanku kekurangan baranya. Beri kesempatan, Tuan, biarkan kita mencoba..
karena siapa yang tahu bahwa luka pada hatimu akulah penawarnya. Tolong indahkan,
Tuan, mari kita eja bersama.. karena siapa yang tahu aku adalah satu yang
berhasil dari sekian banyak yang gagal.
Palembang, 19 Februari 2016
2.20 AM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar