Rabu, 06 Juni 2012

Sparkling Taylor #6

CHAPTER 6

“Aku datang!” senyumku pada Joe yang sudah menungguku di kampus.
Ia tersenyum enggan lalu bangkit dan menarikku, membawaku ke tengah-tengah perkumpulannya. Teman-temannya saling berdeham dan ada yang dengan lancangnya tertawa. Aku menatap wajah Joe dan menemukan sorot tidak suka yang terpancar dari matanya. Aku menelan ludah dengan susah payah sambil berusaha bersuara.
Baru saja aku hendak mengambil nafas agar bisa berteriak riang menyapa teman-teman Joe ketika Joe mendahuluiku.
“Oke, guys, ini Taylor. Tentu kalian tahu dia.” Suaranya terdengar tak bersemangat.
“Hai, selamat pagi.” Ucapku dengan nada suara terjaga.
“Dia benar-benar cantik. Joe, selamat!” ucapnya sambil terkikik.
Bukannya senang, Joe malah mendelik padanya. “Oke, silahkan, Taylor... sesuai perjanjian. Ucapkan apa yang harus mereka dengar sebelum aku gila.”
“Oke, baiklah....” jawabku pelan. Aku menaikkan daguku, “aku sangat amat mencintai Joe.” Ucapku sambil menahan malu. Begitu menyudahi kalimat yang dijawab dengan teriakan “Huuuu” dari teman-temanku itu, aku buru-buru menundukkan wajahku.
“Baiklah. Selesai. Ayo, ikut aku!” Joe menarikku dan meninggalkan kerumunan teman-temannya.


= = = 

“Hai, Tay....” sapa Abigail dengan suara nyaring. “Aku dengar dari teman-teman, kau tadi bergabung bersama gengnya Joe di kampus, benarkah? Wow, itu pasti keren sekali!” cerocos Abby panjang-lebar, sepertinya Abigail tidak memperhatikan raut wajahku jadi dia tidak tahu kalau kondisi perasaanku sedang tidak begitu baik.
“Kau baik-baik saja, Tay? Apa kau terlalu shock? Oh iya, aku tau kau pasti gugup sekali tadi, tapi... itu kan sudah berakhir. Sebentar lagi kau akan terbiasa, percayalah.”
“Abigail!” bentakku sedikit kasar membuat Abby mengunci mulutnya rapat-rapat sambil memandangiku dengan tatapan meminta maaf sekaligus bertanya-tanya. Sementara itu aku menatapnya dengan tatapan sedih dan tidak enak hati karena sudah membentaknya. “Maaf....” ucapku singkat.
Abigail masih terdiam sampai akhirnya dia duduk di sampingku dan menghela nafas panjang sebelum kembali bersuara. “Tidak apa-apa. Aku yang tidak menyadari suasana hatimu sedang tidak baik untuk mendengarkan celotehanku, maaf....” ucapnya tulus.
Ucapannya barusan membuatku merasa makin tidak enak hati.
“Apa ada masalah? Soal Joe lagi?”
Abigail sangat mengerti aku. “Ya.” Jawabku malu-malu.
“Apalagi kali ini?” sepertinya ia sudah biasa mendengar dan melihatku bersedih karena nama ini. “Aku tidak memaksamu bercerita kalau memang kau tidak ingin men....”
“Dia memintaku tampil seperti dewi.” Potongku. “Dia ingin aku tampil lebih cantik dari pada Taylor yang ia lihat. Dia merasa kami tidak serasi dalam penampilan dan aku tahu itu benar. Dan aku sedih.” Aku menghembuskan nafas sambil membenamkan wajahku pada kedua telapak tangan. “Joe sangat baik karena mau menerimaku kembali, tapi aku tidak bisa memenuhi keinginannya. Ia hanya ingin aku tampil lebih cantik dan itu semua juga demi kebaikanku. Tapi aku tidak bisa....” aku mengakhiri penjelasanku dengan tertawa, bukan karena bahagia tapi karena aku putus asa.
“Cinta memang membuat orang-orang yang merasakannya jadi buta.” Ucapnya singkat. “Kau buta karena cintamu untuknya. Seharusnya jika dia juga mencintaimu seperti kau mencintainya, dia juga merasakan hal yang sama seperti yang kau rasakan. Seharusnya dia juga buta untuk melihat sejuta kekurangan pada dirimu yang selama ini terus ia ributkan.” Ucap Abigail sambil tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar