Good morning. Sunday morning and long weekend.
Stay far away from home, pass Idul Adha alone without family, okay I know! I should to survive!!!
Then, I want to share the next chapter of 'Dear You', if the currents chapter are inspired by people, now I post the one that inspired by myself haha. Okay, let's enjoy and happy reading!!!
"Kangen
itu gak bersyarat. Kangen itu gak tahu waktu. Kangen itu gak ada jadwalnya.
Dan
kangen gak ada limitnya.
Parahnya
lagi... kangen susah-susah gampang dapetin obatnya."
Sore
ini, dibawah langit mendung palembang yang tetep gak bisa ngebuat udara jadi
lebih adem. Aku merasakan rindu perlahan-lahan menjalari hati, mengalir lewat
darah dan mulai mengganggu organ-organ penting tubuh, mulai dari jantung, hati,
paru-paru, bahkan juga otak.
Perlahan
aliran darah menderas, membuat jantung berdetak kian cepat. Lari ke paru-paru
yang memompa oksigen kian intens membuat ada rasa lelah dan tak enak yang
tertahan pada ulu hati. Dan berakhir pada otak yang menangkap sinyal itu dan
menjabarkannya sebagai rasa rindu yang tak tertahan, rasa rindu yang
menyesakkan. Otakku terus saja memikirkanmu, otakku terus saja mencari-cari
cara untuk bisa menemuimu. Sebagian kecil memoriku yang lemah berusaha menarik
sisa-sisa ingatanku tentang wajahmu, berharap itu cukup untuk mengurangi rasa
rindu yang gila ini.
Kecintaan
terhadapmu adalah candu, kian hari cintaku kian tumbuh besar dan membuatku
gila. Besarnya cintaku berbanding lurus dengan keegoisanku untuk selalu berada
di dekatmu, membuat rindu itu dengan sangat mudah dan seringnya menyergapku
ditengah-tengah kesendirian nan jauh dari dirimu.
Kerinduan
ini seolah tak mengenal dimensi waktu, ia bisa datang tiba-tiba bersamaan
dengan naiknya matahari ke peraduan atau saat bulan sedang bersinar terang
dalam lukisan indah langit malam bertabur bintang. Kerinduan ini juga seolah
tidak mengenal tempat, seperti tidak tahu diri, ia bisa seketika datang ketika
senyumku tengah terkembang saat berada dikeramaian teman-teman, atau kian
mencekam disaat kesendirian menjelang tidur malam datang.
Tanpa
syarat, tanpa tahu waktu, tanpa ada jadwal, tanpa ada limit. Tanpa ada obat.
Jarak
bukan satu-satunya hal yang membuat rindu ini makin parah, tapi juga rasamu
yang tak terpaut sama seperti milikku. Aku meragukan kerinduanmu, apakah sama
seperti milikku? Tapi rindu ini tidak bersyarat. Terserah, kamu rindu juga atau
tidak denganku, tapi aku tetap akan merindukanmu. Mungkin kamu bisa tidur
nyenyak malam ini tanpa sedikit pun terbesit
dalam otakmu bagaimana keadaanku, sementara aku menghabiskan setengah
lebih dari malam hanya untuk menghapuskan kekhawatiranku tentang keadaanmu.
Dan
aku tidak tahu kapan rindu ini akan habis... setelah kita bertemu kah? Setelah
aku berhasil memelukmu kah? Atau setelah semua kisah kita usai? Tidak ada
jaminan aku bisa berhenti merindukanmu, untuk saat ini aku hanya bisa mengulur waktu
lebih lama untuk sampai pada titik terendah dan terburuk dari kerinduanku
terhadapmu.
Terkadang
setelah bertemu denganmu pun aku belum bisa menuntaskan masalahku dengan rasa
rindu ini. Keegoisanku menginginkanmu untuk tetap ada disisiku, keserakahanku
menginginkanmu untuk terus berada dalam jarak pandang yang sanggup ku lihat,
jarak sentuh yang sanggup aku gapai.
Aku
adalah orang yang paling bodoh, egois sekaligus paling tak berdaya jika sudah
berbicara soal kerinduan terhadapmu. Aku merindukanmu... selalu merindukanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar