Jumat, 18 Oktober 2013

Dear You #15



Hati ini sudah cukup lama membeku, bisa dibilang nyaris saja mati, terkubur dalam reruntuhan es dengan suhu dibawah titik beku, membuatnya tak lagi mampu peka terhadap rasa lain selain sakit dan rindu karena nya dan untuknya.

Perlahan logikaku yang lamban sadar, butuh waktu lama untuk itu, membangunkanku dari tidur panjang penuh mimpi buruk, dimana mimpi burukku adalah selalu tentang kepergiannya. Tanpa kata, tanpa senyuman, tanpa lambaian tangan, tanpa pelukan, tanpa ciuman hangat, tanpa apa pun selain luka, dia pergi dan menghancurkan semua mimpi indahku. Ketika aku tersadar, aku menemukan aku sudah berada dalam dimensi waktu yang berbeda, aku sudah berdiri di tempat yang berbeda dengan mereka yang dulu berada di titik menyedihkan yang sama sepertiku. Kenapa aku lamban sekali? Kenapa mereka cepat sekali lupa? Apa karena mereka tidak benar-benar cinta? Atau karena aku yang terlalu bodoh, mendramatisir dan tak berlogika, hinga terus berlarut dalam perih yang sama untuk waktu yang lama?

Jawaban dari semua pertanyaan itu tidaklah penting, sama sekali tidak. Yang jelas sekarang aku sudah sadar, aku sudah bangun, dan aku tahu aku tidak harus mengulangi lagi kesalahan yang sama itu dikemudian hari. Tidak, tidak! Karena tidak akan ada kesempatan lain untuk terluka yang kedua kali. Karena aku tidak akan membiarkan orang-orang menjatuhkanku lagi, melukaiku lagi, mengecewakan aku lagi. Tidak, tidak akan!

Hidup memilihkan takdirnya untukku bertemu dengan banyak orang, diantara mereka ada yang baik dan ada juga yang jahat. Hidup memilihkan tempat untukku menetap dan tumbuh, diantara tempat-tempat itu ada yang indah ada yang tidak. Hidup selalu bertindak sesuka hatinya terhadap diriku, dan aku menyebut itu adalah kuasa Tuhan. Aku tidak bisa meraung, meronta, dan memaksa Tuhan untuk merubah ketetapan yang dibuat-Nya, untuk menjadikan kehidupanku menjadi sebahagia-bahagianya hidup seperti yang aku inginkan. Yang bisa aku lakukan adalah berusaha mengubahnya dengan caraku sendiri.

Seperti mencintainya yang adalah kuasa Tuhan. Hidup memilihkan waktu, tempat dan dia sebagai jalan untukku tertidur lama sebelum akhirnya sadar dan bangkit lebih kuat lagi seperti sekarang.

Mungkin dalam penantianku itu aku menjadi bodoh, menjadi gila, menjadi tak berguna, tak berharga. Tapi bukan berarti aku akan selamanya begitu kan? Sekarang aku sudah sadar, aku sudah menerima dengan lapang dada kepergiannya. Aku sudah berhasil memisahkan antara masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Dan aku sudah berhasil memenangkan kompromi dengan luka yang selama ini bersarang dalam hatiku. Aku juga berhasil memberi sekat yang kuat antara rindu untuknya yang sesekali masih datang menyapa dan keegoisanku untuk mempertahankan masa lalu yang jelas tidak mungkin bisa.

Dari luka dalam yang teramat perih, dari tidur panjang yang terlampau lama, dan dari sebegitu banyaknya kata yang terangkai dari namanya... aku terlahir kembali sebagai sosok yang lebih kuat dan berharga. Hatiku mungkin memang tak akan kembali sempurna, bekas koyakan-koyakan kisah kasih tak sempurna dimasa lalu bersamanya itu akan tetap membekas di sana, tapi setidaknya hati itu sekarang lebih kuat dan lukanya sudah juga sudah pulih. Mungkin terlalu cepat untuk membuka kembali hati itu untuk nama dan cerita baru, tapi... bukankah aku sudah terlalu lama menunggu?

Baiklah, sekarang mari ucapkan selamat tinggal pada masa lalu. Aku janji akan sesekali kembali ketika aku merindukanmu, aku tidak akan melupakanmu sepenuhnya karena kamu memang sudah menjadi bagian dari cerita hidupku. Dan... mari ucapkan selamat datang pada masa depan baru yang lebih cerah, lebih indah dan lebih berwarna. Tuhan janjikan bahagia untuk setiap umatnya yang percaya. Dan aku percaya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar