Love Notes
Ini
lebih dari sekedar rindu, karena yang aku tahu rindu tidak semenyiksa ini.
Aku
menginginkanmu.
Parahnya,
aku tidak bisa memberitahu siapa-siapa perihal keinginan gilaku ini.
Nofitachandra
Aku tahu kalau akhirnya perasaan mulai ikut bermain
diantara hubungan kamu dan aku, atau paling tidak aku yang merasa begitu. Tapi
aku tidak tahu, belum tahu, seberapa besar unsur perasaan itu ikut campur. Aku
tersenyum, kesal, tertawa, marah, dan terkadang juga kecewa. Perlahan, kumpulan
pahit-manis macam perasaan itu menjadi lain, tumbuh menjadi lebih kuat untuk
sekedar dibilang suka atau tertarik. Tadinya aku berpikir bahwa ini hanya
masalah keadaan yang memaksaku untuk tetap dekat denganmu, tapi makin lama,
kian jauh aku rasa bahwa ternyata ini semua adalah keinginanku untuk membuatmu
tetap dekat denganku.
Dan untuk pertama kalinya aku sadar bahwa ini tidak
lagi biasa, saat aku terbangun dan menoleh kebelakang, aku melihat ada banyak ‘tidak apa-apa’ yang aku ciptakan khusus
teruntuk dirimu. Terlalu tinggi rasa toleransiku, malah sampai menendang dan
menghancurkan tiang-tiang kecil penunjang pohon besar keyakinanku. Tapi ketika
aku kembali pada diriku yang sekarang, aku tahu bahwa aku ikhlas saja kehilangan
beberapa nilai yang selama ini aku pegang teguh. Semuanya karena dirimu. Ya,
kamu.
Dan jika
sudah seperti ini jadinya, masih bisakah aku katakan kalau semuanya biasa saja?
Aku tidak memintamu untuk memahami, aku bahkan tidak
pernah mencoba untuk menjelaskan agar kamu mengerti. Justru aku berpikir untuk
tidak lagi melanjutkan semua hal ‘tidak
apa-apa’ ini, karena jelas makin aku teruskan hasilnya makin ada apa-apa.
Karena yang aku takutkan hanya satu, yaitu kembali menjadi si bodoh yang
menanti pelangi diantara gurun. Mengharap pada apa yang jelas tidak mungkin
menjadi nyata.
Dan jika pada akhirnya semua ini akan membawaku
padamu lagi, aku berharap kita akan bersama dalam waktu dan keadaan yang tepat.
Tidak seperti saat ini dimana masih ada kecewa dan luka disatu sisi, dimana
harapan dan kenyataan masih belum mau berjalan beriringan, dimana masih banyak
cerita yang tidak berani diungkapan, dimana masih ada banyak dugaan yang tidak
dicaritahu kebenarannya.
Karena terus menebak-nebak itu melelahkan. Karena terus
berangan-angan itu menyakitkan. Karena terus merindukan itu tidak menyenangkan.
Karena meski pintu itu sudah terbuka, aku masih menunggu untuk dipersilahkan
masuk oleh si empunya. Aku hanya tidak ingin menjadi tidak sopan.
Dan untuk entah berapa lama, biar aku urus masalahku
sendiri. Nanti, jika memang benar kita akan bertemu lagi semoga saja keadaan
sudah lebih membaik. Semoga saja, hingga aku bisa berkata seleluasa mungkin
mengenai apa yang aku rasa, memberitahumu secepat mungkin tentang rindu yang tiba-tiba
menyergapku ditengah malam, memintamu berceloteh panjang hanya untuk
mendengarkan suaramu, dan menatapmu selama yang aku mau tanpa perlu menjelaskan
apa alasannya.
Untuk saat ini, cukuplah aku berurusan dengan rindu
dan keinganan gilaku untuk memiliki. Jangan ingatkan aku dulu tentang bagaimana
sopannya kamu menyapa, juga tentang menyebalkannya semua nasihatmu. Biar aku
urus satu per satu sementara kamu urus sendiri keyakinanmu tentang aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar