Kamis, 10 November 2016

RINDU

RINDU

 

Aku merindukanmu pada bait-bait diujung lagu penunda rindu.

Ketika hampir habis liriknya termakan senja yang menguning.

Semburat oranye senja pada langit sore ketika gerimis turun.

Sama seperti binar yang terbingkai indah dalam dua jendela matamu.

 

Aku merindukanmu di sepertiga akhir malam..

Bukan ketika aku terbangun karena gelisah.

Tapi karena aku memang tak bisa tidur akibat selaksa raut wajah.

 

Aku merindukanmu untuk malam kemarin ketika ceritamu duduk dipangkuan.

Pada impian yang kau senandungkan dengan begitu fasih.

Untuk masa depan abu-abu yang tak tampak dari teras rumahku.

Atau sepenggal do’a yang kau biarkan tak bertuan.

 

Aku merindukanmu pada seutas harap yang ku gantung diujung senyum bulan setengah jadi.

Menari menemani langkahmu yang berlomba dengan waktu.

Tertawa menyemangati peluhmu yang terjatuh mencium tanah yang kau tapaki.

 

Aku merindukanmu saat ini, kemarin dan nanti...

Dengan dua pundakmu yang ku jadikan pengganti pegangan.

Untuk suara rusakmu yang mengganggu ketenangan dalam otakku.

 

Aku merindukanmu dalam do’aku...

Merindukanmu dalam-dalam dan larut didalamnya.

 

 

Nofita Chandra

Palembang, 10 November 2016

3.20 am

Tidak ada komentar:

Posting Komentar