RINDU
RINDU
Aku
merindukanmu pada bait-bait diujung lagu penunda rindu.
Ketika
hampir habis liriknya termakan senja yang menguning.
Semburat
oranye senja pada langit sore ketika gerimis turun.
Sama seperti
binar yang terbingkai indah dalam dua jendela matamu.
Aku
merindukanmu di sepertiga akhir malam..
Bukan ketika
aku terbangun karena gelisah.
Tapi karena
aku memang tak bisa tidur akibat selaksa raut wajah.
Aku
merindukanmu untuk malam kemarin ketika ceritamu duduk dipangkuan.
Pada impian
yang kau senandungkan dengan begitu fasih.
Untuk masa
depan abu-abu yang tak tampak dari teras rumahku.
Atau
sepenggal do’a yang kau biarkan tak bertuan.
Aku
merindukanmu pada seutas harap yang ku gantung diujung senyum bulan setengah
jadi.
Menari
menemani langkahmu yang berlomba dengan waktu.
Tertawa
menyemangati peluhmu yang terjatuh mencium tanah yang kau tapaki.
Aku
merindukanmu saat ini, kemarin dan nanti...
Dengan dua
pundakmu yang ku jadikan pengganti pegangan.
Untuk suara
rusakmu yang mengganggu ketenangan dalam otakku.
Aku
merindukanmu dalam do’aku...
Merindukanmu
dalam-dalam dan larut didalamnya.
Nofita Chandra
Palembang, 10 November 2016
3.20 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar