Jumat, 16 Desember 2016

Dear You #29



Aku adalah orang yang egois, termasuk dalam hal mencintai. Aku tau, kau juga mungkin sudah tau, bahwa aku menyukaimu.. atau bahkan mungkin lebih dari itu.


Tapi aku ingin mencintaimu seutuhnya, dengan cara seegois itu... tidak setengah-setengah, tidak dengan cara meminjammu dari orang lain, atau dari waktu dan masa depan yang abu-abu. Aku tidak ingin menghabiskan waktuku untuk menebak-nebak apakah iya, apakah tidak... apakah benar, apakah tidak....

Karena keegoisan yang tumbuh dan mengurung hatiku, aku tidak ingin menghabiskan waktu dalam belenggu hitam kebahagiaan yang palsu. Aku ingin mencintaimu dengan aman, memilikimu sepenuhnya tanpa gangguan. Aku ingin apa yang aku yakini sebagai cinta, kau amini dengan khidmat, disaksikan langit dan bumi serta penguasanya.

Aku tidak ingin main-main kali ini... panjang sudah jalan yang kita tempuh, cukup banyak sudah cerita yang kita lewati. Bukankah manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna karena kepemilikian akalnya? Kalau begitu, bukankah seharusnya manusia bisa memetik sebanyak-banyaknya pembelajaran agar tidak menjadi orang bodoh yang sama sepertin yang disebutkan sejarah? Tidak menjadi keledai dungu yang jatuh dua kali ke dalam lubang yang sama.

Jika begitu, kau dan aku seharusnya tau bahwa menjadi egois dalam hal ini adalah wajar. Aku merasa wajib menjadi egois untuk mencintai dan memilikimu. Karena hanya ada satu hati dalam relung dadaku, yang cukup untuk diisi satu nama entah milikmu atau yang lain. Dan aku tidak ingin lelah membereskan sampah yang tertinggal setiap kali orang lama pergi dan orang baru bersiap datang. Aku tidak serajin itu dalam urusan membersihkan serpihan hati...

Dan jika setelah membaca tulisan singkatku kau mengerti, kau akan menarik dua pilihan sebagai kesimpulan... Pertama, cintaiku sama egoisnya seperti aku mencintaimu. Jangan berjanji untuk kemudian mengingkari, jangan berucap jika kau tak yakin dapat mewujudkannya atau tidak. Karena sebaik-baiknya ucapan adalah yang terealisasi, dan sebaiknya-baiknya wanita lebih suka disakiti demi kejujuran daripada dininabobokan dalam buai kebohongan. Jika dirimu memahami sikap egois yang aku amini, maka kau akan mengerti.

Kedua, jika kau adalah seorang yang baik lagi pemurah, maka kau merasa tak mampu mencintai dengan tingkat keegoisan yang sama.. kau punya hak penuh untuk pergi. Karena cinta adalah rasa paling tinggi yang bisa dimiliki manusia, selain keikhlasan. Dan aku tidak ingin cintamu lebih rendah dibanding nilai untuk cinta itu sendiri.


Dan jika setelah membaca tulisan ini kau terpikirkan hal lain, kau boleh mendebatku, boleh memberitahuku... terserah. Keegoisanku dalam mencintai seseorang juga tidak semaa-mata untuk diriku sendiri tapi juga untuk orang yang aku cintai.


 


Palembang, 14 Desember 2016 

Nofita Chandra


Tidak ada komentar:

Posting Komentar