Dear You #29
Aku adalah orang yang egois, termasuk dalam hal
mencintai. Aku tau, kau juga mungkin sudah tau, bahwa aku menyukaimu.. atau
bahkan mungkin lebih dari itu.
Tapi aku ingin mencintaimu seutuhnya, dengan cara
seegois itu... tidak setengah-setengah, tidak dengan cara meminjammu dari orang
lain, atau dari waktu dan masa depan yang abu-abu. Aku tidak ingin menghabiskan
waktuku untuk menebak-nebak apakah iya, apakah tidak... apakah benar, apakah
tidak....
Karena keegoisan yang tumbuh dan mengurung hatiku,
aku tidak ingin menghabiskan waktu dalam belenggu hitam kebahagiaan yang palsu.
Aku ingin mencintaimu dengan aman, memilikimu sepenuhnya tanpa gangguan. Aku ingin
apa yang aku yakini sebagai cinta, kau amini dengan khidmat, disaksikan langit
dan bumi serta penguasanya.
Aku tidak ingin main-main kali ini... panjang sudah
jalan yang kita tempuh, cukup banyak sudah cerita yang kita lewati. Bukankah manusia
adalah makhluk Tuhan paling sempurna karena kepemilikian akalnya? Kalau begitu,
bukankah seharusnya manusia bisa memetik sebanyak-banyaknya pembelajaran agar
tidak menjadi orang bodoh yang sama sepertin yang disebutkan sejarah? Tidak menjadi
keledai dungu yang jatuh dua kali ke dalam lubang yang sama.
Jika begitu, kau dan aku seharusnya tau bahwa
menjadi egois dalam hal ini adalah wajar. Aku merasa wajib menjadi egois untuk
mencintai dan memilikimu. Karena hanya ada satu hati dalam relung dadaku, yang
cukup untuk diisi satu nama entah milikmu atau yang lain. Dan aku tidak ingin
lelah membereskan sampah yang tertinggal setiap kali orang lama pergi dan orang
baru bersiap datang. Aku tidak serajin itu dalam urusan membersihkan serpihan
hati...
Dan jika setelah membaca tulisan singkatku kau
mengerti, kau akan menarik dua pilihan sebagai kesimpulan... Pertama, cintaiku
sama egoisnya seperti aku mencintaimu. Jangan berjanji untuk kemudian
mengingkari, jangan berucap jika kau tak yakin dapat mewujudkannya atau tidak. Karena
sebaik-baiknya ucapan adalah yang terealisasi, dan sebaiknya-baiknya wanita
lebih suka disakiti demi kejujuran daripada dininabobokan dalam buai
kebohongan. Jika dirimu memahami sikap egois yang aku amini, maka kau akan
mengerti.
Kedua, jika kau adalah seorang yang baik lagi
pemurah, maka kau merasa tak mampu mencintai dengan tingkat keegoisan yang
sama.. kau punya hak penuh untuk pergi. Karena cinta adalah rasa paling tinggi
yang bisa dimiliki manusia, selain keikhlasan. Dan aku tidak ingin cintamu
lebih rendah dibanding nilai untuk cinta itu sendiri.
Dan jika setelah membaca tulisan ini kau terpikirkan
hal lain, kau boleh mendebatku, boleh memberitahuku... terserah. Keegoisanku dalam
mencintai seseorang juga tidak semaa-mata untuk diriku sendiri tapi juga untuk
orang yang aku cintai.
Palembang, 14 Desember 2016
Nofita Chandra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar